Rabu, 09 September 2015



BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Osteomielitis masih merupakan permasalahan di negara kita karena tingkat higienis yang masih rendah, pemahaman mengenai penatalaksanaan yang belum baik, diagnosis yang sering terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis kronis, dan fasilitas diagnostik yang belum memadai di puskesmas. Angka kejadian osteomielitis di Indonesia pada saat ini masih tinggi sehingga kasus osteomielitis tulang dan sendi juga masih tinggi. Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang tinggi. Banyak klien fraktur terbuka yang datang terlambat dan biasanya datang dengan komplikasi osteomielitis. Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan mendula tulang, baik karena infeksi piogenik maupun non-piogenik, misalnya Mycobacterium turbeculosis.

1.2     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan osteomielitis ?
2.      Apa etiologi dari osteomielitis ?
3.      Bagaimana manifestasi klinis osteomielitis ?
4.      Bagaimana patofisiologi osteomielitis ?
5.      Bagaimana penatalaksanaan osteomielitis ?
6.      Bagaimana asuhan keperawatan osteomielitis ?

1.3       Tujuan
1. Memahami definisi osteomielitis
2. Mengetahui etiologi osteomielitis
3. Mengetahui manifestasi klinis osteomielitis
4. Memahami patofisiologi osteomielitis
5. Mengetahui penatalaksanaan osteomielitis
6. Memahami asuhan keperawatan osteomielitis




BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Definisi
Osteomielitis adalah insfeksi tulang. Insfeksi tulang lebih sulit di sembuhkan dari pada insfeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukkan involukrum (pembentukkan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstrenitas (Brunner & Suddart, 2000). Osteomielitis akut adalah insfeksi tulang panjang yang disebabkan oleh insfeksi lokal akut atau trauma tulang (Tucker et al, 1998).

2.2     Etiologi
·         Osteomielitis Akut
Merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang disebabkan oleh bakteri piogen yang mikroorganismenya berasal dari fokus di tempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada anak – anak dan sangat jarang pada orang dewasa. Diagnosa yang dini sangat penting karena prognosis bergantung pada pengobatan yang tepat dan segera.
            Osteomielitis akut dapat disebabkan oleh :
1.      Staphylococcus aureus hemolyticus (koagulasi positif) sebanyak 90 % dan jarang oleh Streptococcus hemolyticus
2.      Haemophilus influenzae (5-50%) pada anak usia di bawah 4 tahun
3.      Organisme lain seperti bakteri coli, bakteri aeruginosa capsulata, pneumokokus, Salmonella typhosa, Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilitis, Brucella dan bakteri anaerob yaitu bacteroides fragilis
Infeksi dapat terjadi melalui :
1.      Hematogen
Osteomielitis infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus insfeksi di tempat lain (Misalnya, tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis akibat penyebaran  hematogen biasanya terjadi di tempat dimana terdapat trauma atau dimana terdapat resistensi rendah, kemungkinan trauma subklinis (tak jelas).
2.      Jaringan lunak
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (Misalnya, ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (Misalnya, Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang).
3.      Kontaminasi langsung dengan tulang : Fraktur terbuka, cedera traumatik (luka tembak, pembedahan tulang).

·         Osteomielitis kronis
Osteomielitis kronis terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah operasi pada tulang. Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama adalah Staphylococcus aureus (75%) atau E. Coli, Proteus, Pseudomonas. Staphylococcus epidermidis merupakan penyebab utama osteomielitis kronis pada operasi ortopedi yang menggunakan implan. Infeksi tulang yang menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang. Sekuestrum ini merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah terjadinya penutupan kloaka (pada tulang) dan sinus (pada kulit). Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat keluar atau dibersihkan dari medula tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses selanjutnya adalah terjadi destruksi dan sklerosis tulang yang dapat ditunjukan melalui foto rontgen.

2.3     Manifestasi Klinis
Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinik septikemia (Misalnya. menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat, dan amalaise umum). Gejala sistemik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan push yang terkumpul.
Bila osteomielitus terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kostaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
Pasien dengan ostemielitus kronik ditandai dengan push yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran push. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.


2.4     Patofisiologi

Faktor penyebab/faktor risiko
Setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi :
Akut fulminan (stadium I), terjadi dalam 3 bulan
Awitan lambat (stadium II), terjadi dalam 4-24 bulan
Awitan lama (stadium III), terjadi dalam 2 tahun, penyebaran hematrogen
Respons infeksi; inflamasi, peningkatan vaskulariasi dan edema, 2-4 hari
Trombosis pada pembuluh darah
Peningkatan tekanan jaringan dan medulla
Iskemia dengan nekrosis tulang
Infeksi berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum
Terbentuk abses tulang
Menyebabr ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya


2.5     Penatalaksanaan

1.      Konservative atau Non Oprasi
Daerah yang terkena harus di imobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat di lakukan rendaman salin hanya selama 20 menit beberapakali perhari untuk meningkatkan aliran darah. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur daerah dan suab dan kultur abses di lakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi di sebabkan oleh lebih dari satu fatogen. Begitu spesimen kultur telah di peroleh, di mulai pemberiaan terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semisintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus-menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitive terhadap organisme penyebab yang di berikan bila telah di ketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat di berikan per oral dan di lanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan di minum bersama makanan. Bila pasien tidak menunjujkan respon terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus di lakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik di angkat dan daerah itu di irigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika di lanjutkan.

2.      Operasi
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat( sequestrum). Kadang harus di lakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati di angkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat di tutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau di pasang tampon agar dapat di isi jaringan granulasi atau di lakukan grafting di kemudian hari. Dapat di pasang drainase berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat di berikan larutan salin normal selama 7-8 hari dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang di debridemen dapat di isi dengan greft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat di isi dengan transfer tulang berpembuludarah, atau flap (dimana suatu otot di ambil dari jaringan di sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat di lakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan stabilisasi atau penyongkong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

2.6     Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan sistem muskuloskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya komplikasi pada tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi anamnesis riwayat peyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial.

1.      Anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
§  Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosis medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST :

Provoking Incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma., hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut.

Quality of Pain : Rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat menusuk

Region, Radiation, Relief : Nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar

Saverity (Scale) of Pain : Nyeri yang dirasakan klien secara subjektif antara 2 – 3 pada rentang skala pengukuran 0 – 4

Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari

§  Riwayat penyakit sekarang. Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh darah, edema, hematoma dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah) dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya proses supurasi di tulang.

§  Riwayat penyakit dahulu. Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes mielitus, malnutrisi, adiksi obat – obatan atau pengobatan dengan imunosupresif.

§  Riwayat psikososialspiritual. Perawat mengkaji respons emosi klien terhadap penyakit yang di deritanya dan peran klien dalam keluarga serta masyarakat, respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari – hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pada kasus osteomielitis, akan timbul ketakutan terjadi kecacatan dan klien harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulang. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, konsumsi alkohol yang dapat mengganggu keseimbangan dan apakah klien melakukan olahraga. Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat karena klien menjalani rawat inap. Dampak yang timbul pada klien osteomielitis yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat prognosis penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak mampu melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri).

2.      Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
§  Keadaan umum meliputi :
o   Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada keadaan klien).
o   Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang dan pada kasus osteomielitis biasanya akut)
o   Tanda – tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis dengan komplikasi septikemia
§  B1 (Breathing). Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara napas tambahan.
§  B2 (Blood). Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskuB3ltasi, di dapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
§  B3 (Brain). Tingkat kesadaran biasanya kompos mentis
o   Kepala                  : Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada sakit kepala).
o   Leher                    : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, refleks menelan ada).
o   Wajah                   : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.
o   Mata                     : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien osteomielitis yang disertai adanya malnutrisi lama biasana mengalami konjungtiva anemis.
o   Telinga                 : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
o   Hidung                 : Tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping hidung.
o   Mulut dan faring  : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
o   Status mental       : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.
o   Pemeriksaan saraf kranial :
v  Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
v  Saraf II. Tesketajaman penglihatan normal.
v  Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor.
v  Saraf V. Klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan refleks kornea tidak ada kelainan.
v  Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
v  Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
v  Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
v  Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
v  Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada suatu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
o   Pemeriksaan refleks. Biasanya tidak terdapat refleks patologis.

§  B4 (Bladder). Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sistem ini.
§  B5 (Bowel). Inspeksi abdomen : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi : Turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi : Suara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi : Peristaltik usus normal (20 kali / menit). Inguinal-genitlia-anus. Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan defekasi. Pola nutrisi dan metabolisme. Klien osteomielitis harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari – hari, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat, terutama kalsium atau protein. Masalah nyeri pada osteomielitis menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi : Tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap perlu di kaji frekuensi konsistensi, warna serta bau feses. Pada pola berkemih, dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau dan jumlah urine.
§  B6 (Bone). Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
§  Look. Pada osteomielitis hematogen akut akan ditemukan gangguan pergerakan sendi karena pembengkakan sendi dan gangguan bertambah berat bila terjadi spasme lokal. Gangguan pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi (artritis septik). Secara umum, klien osteomielitis kronis menunjukan adanya luka khas yang disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening yang berasal dari tulang yang mengalami infeksi dan proses supurasi. Manifestasi klinis osteomielitis akibat fraktur terbuka biasanya berupa demam, nyeri, pembengkakan pada daerah fraktur dan sekresi pus pada luka.
§  Feel. Kaji adanya nyeri tekan.
§  Move. Pemeriksaan ini menetukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif. Pemeriksaan yang di dapat adalah adanya gangguan / keterbatasan gerak sendi pada osteomielitis akut.
o   Pola tidur dan istirahat. Semua klien osteomielitis merasakan nyeri sehingga dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur. Pengkajian yang dilakuakn adalah lama tidur, suasana, kebiasaan dan kesulitan serta penggunakan obat tidur.
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan utama pada osteomielitis adalah sebagai berikut :
1.      Nyeri
2.      Kerusakan integritas jaringan

Nyeri yang berhubungan dengan proses supurasi di tulang dan pembengkakan sendi
Tujuan perawatan        : Nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.
Kriteria Hasil        : Secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi, mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri klien tidak gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teratasi.
Intervensi
                        Rasional
MANDIRI

Kaji nyeri dengan skala 0-4




Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami infeksi.


Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus.

Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif


Ajarkan relaksasi tekhnik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan meningkatkan relaksasi masase

Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut


Beri kesempatan waktu istirahat bila nyeri dan beri posisi yang nyaman(misal: ketika tidur, punggung klien diberi bantal kecil)

Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungkan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung,

KOLABORASI pemberian analgesik


Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.

Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi nyeri pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami infeksi.

Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan,pergerakan sendi.

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan tindakan nonfarmakologi lain menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri

Tekhnik ini melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang


Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal hal yang menyenangkan

Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga meningkatkan kenyamanan.


Pengetahuan tersebut membantu meengurangi nyeri dan dapat membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik

Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang

Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibar infeksi inflamasi tulang.
Tujuan Perawatan    : Dalam 7x24 jam integritas jaringan menembak secara optimal
Kriteria hasil           : Pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membail, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup
Intervensi
Rasional
MANDIRI

Kaji kerusakan jaringan lunak



Lakukan perawatan luka :
Lakukan perawatan luka dengan teknik steril.


Kaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan dan mengurangi stimulus nyeri. Bila perban melekat kuat,perban di guyur dengan NaCl.



Lakukan pembilasan luka dari arah dalam keluar dengan NaCl

Tutup luka dengan kasa steril atau kompres dengan NaCl yang di campur dengan antibiotik.





Lakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah mati.

Rawat luka setiap hari atau setiap kali bila pembalut basah atau kotor.

Hindari pemakaian peralatan perawatan luka yang sudah kontak dengan klien osteomielitis jangan di gunakan lagi untuk melakukan perawatan luka pada klien lain.


Gunakan perban elastis dan gips pada luka yang di sertai kerusakan tulang atau pembengkakan sendi.



Evaluasi perban elastis terhadap resolusi edema.


Menjadi data dasar untuk memberi informasi tentang intervensi perawatan luka, alat dan jenis larutan apa yang akan di gunakan

Perawatan luka dengan teknik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area luka.

Menejemen membuka luka dengan mengguyur larutan naCl ke perban dapat mengurangi stimulus nyeri dan dapat menghindari terjadinya perdarahan pada luka osteomielitis kronis akibat perban yang kering oleh pus.

Teknik membuang jaringan dan kuman di area luka sehingga keluar dari area luka.

NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah di absorpsi oleh jaringan dari pada larutan antiseptik. NaCl yang di campur dengan antibiotik dapat mempercepat penyembuhan luka akibat infeksi osteomielitis.

Jaringan nekrotik dapat menghambat penyembuhan luka.

Memberi rasa nyaman pada klien dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan jaringan luka.
Pengendalian infeksi nosokomial dengan menghindari kontaminasi langsung dari perawat luka yang tidak steril.

Pada klien osteomielitis dengan kerusakan tulang stabilitas formasi tulang sangat labil. Gips dan perban elastis dapat membantu memfiksasi dan mengimobilisasi sehingga dapat mengurangi nyeri.

Pemasangan perban elastis yang terlalu kuat dapat menyebabkan edema pada daerah distal dan juga menambah nyeri pada klien.


3.      Evaluasi Keperawatan
Setelah intervensi keperawatan diharapkan klien :
1.      Mengalami peredaan nyeri
a.       Melaporkan berkurangnya nyeri
b.      Tidak mengalami nyeri tekan
c.       Tidak mengalami nyeri jika bergerak
2.      Meningkatkan mobilitas fisik
a.       Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
b.      Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas yang sehat
c.       Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman




BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang. Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstrenitas (Brunner & Suddart, 2000). Osteomielitis akut adalah insfeksi tulang panjang yang disebabkan oleh insfeksi lokal akut atau trauma tulang (Tucker et al, 1998).
Osteomielitis infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus insfeksi di tempat lain (Misalnya, tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis akibat penyebaran  hematogen biasanya terjadi di tempat dimana terdapat trauma atau dimana terdapat resistensi rendah, kemungkinan trauma subklinis (tak jelas).

3.2     Saran
Makalah ini tidak membahas secara keseluruhan mengenai osteomielitis, atau dengan kata lain makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu kami mengajak pembaca untuk mencari sumber lain yang sesuai dengan materi dalam makalah ini.








DAFTAR PUSTAKA

Bare,Brenda G, Suzanne Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
Muttaqin,Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta:EGC
Suratum.2008.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta:EGC