BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Usus besar
adalah bagian dari sistim pencernaan (digestive system) dimana materi yang
dibuang (sampah) disimpan. Rektum (rectum) adalah ujung dari usus besar dekat
dubur (anus). Bersama, mereka membentuk suatu pipa panjang yang berotot yang
disebut usus besar. Tumor-tumor usus besar dan rektum adalah
pertumbuhan-pertumbuhan yang datangnya dari dinding dalam dari usus besar.
Tumor-tumor
ramah dari usus besar disebut polip-polip (polyps). Tumor-tumor ganas dari usus
besar disebut kanker-kanker. Polip-polip ramah tidak menyerang jaringan yang
berdekatan dengannya atau menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Polip-polip
ramah dapat diangkat dengan mudah sewaktu colonoscopy dan adalah bukan ancaman
nyawa. Jika polip-polip ramah tidak diangkat dari usus besar, mereka dapat
menjadi ganas (bersifat kanker) melalui waktu. Kebanyakan dari kanker-kanker
usus besar dipercayai telah berkembang dari polip-polip. Kanker usus besar dan
rektum, juga dirujuk sebagai kanker kolorektal ( colorectal cancer), dapat
menyerang dan merusak jaringan-jaringan dan organ-organ yang berdekatan.
Sel-sel kanker juga dapat pecah dan keluar dan menyebar pada bagian-bagian lain
tubuh (seperti hati dan paru-paru) dimana tumor-tumor baru terbentuk.
Penyebaran kanker usus besar ke organ-organ yang terletak jauh darinya disebut
metastasis dari kanker usus besar. Sekali metastasis telah terjadi pada kanker
kolorektal (colorectal cancer), suatu penyembuhan yang penuh dari kanker adalah
tidak mungkin.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi
kanker kolon ?
2.
Apa etiologi
kanker kolon ?
3.
Bagaimana
patofiologi kanker kolon ?
4.
Apa manifestasi
kanker kolon ?
5.
Apa saja
klasifikasi kanker kolon ?
6.
Apa saja
komplikasi kanker kolon ?
7.
Bagaimana
pencegahan kanker kolon ?
8.
Bagaimana
penatalaksanaan kanker kolon ?
9.
Apa saja
pemeriksaan penunjang kanker kolon ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan kanker kolon ?
1.3
Tujuan
1.
Memahami definisi
kanker kolon ?
2.
Mengetahui etiologi
kanker kolon ?
3.
Memahami patofiologi
kanker kolon ?
4.
Mengetahui manifestasi
kanker kolon ?
5.
Mengetahui klasifikasi
kanker kolon ?
6.
Mengetahui komplikasi
kanker kolon ?
7.
Mengetahui pencegahan
kanker kolon ?
8.
Mengetahui penatalaksanaan
kanker kolon ?
9.
Mengetaui pemeriksaan
penunjang kanker kolon ?
10. Memahami asuhan keperawatan kanker kolon ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kanker kolon adalah suatu keganasan
yang terjadi di usus besar. American Cancer Society (2009) memperkirakan bahwa
148.810 orang akan dapat didiagnosis dengan kanker kolorektal dan 49.960 akan
mati karena penyakit ini di Amerika Serikat pada tahun 2008. Pada tahun 2003,
organisasi kesehatan dunia memperkirakan bahwa sekitar 940.000 individu yang
dapat didiagnosis dengan kanker kolorektal diseluruh dunia dan 492.000
meninggal pada tahun tersebut.
Kanker kolorektal merupakan beban
kesehatan utama diseluruh dunia. Kejadian dan kematian dari kanker kolon
mengalami penurunan yang lambat selama 20 tahun di Amerika serikat. Namun,
kanker kolon tetap penyebab ketiga kanker yang berhubungan dengan kematian pada
tahun 2008 (ACS,2009).
2.2 Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui,
tetapi beberapa kondisi yang dikenal
sebagai sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi
resiko kanker kolon (Dragovich, 2009).
Sebagai besar kanker kolon muncul
dari polip adenomatosa yang menutupi dinding sebelah dalam usus besar. Seiring
waktu, pertumbuhan abnormal ini memperbesar dan akhirnya berkembang menjadi
adenokarsinoma. Dalam kondisi ini, banyak adenomatosa mengembangkan polip di
kolon, yang pada akhirnya menyebabkan kanker usus besar. Kanker biasanya
terjadi sebelum usia 40 tahun. Sindrom adenomatosa poliposis cenderung berjalan
dalam keluarga.
Kelompok lain sindrom kanker usus
besar, disebut sindrom keturunan nonpolyposis kanker kolorektal
(HNPCC=hereditary nonpolyposis colorectal cancer), juga berjalan dalam
keluarga. Dalam sindrom ini, kanker kolon berkembang tanpa didahului dengan
polip. Sindrom HNPCC berhubungan dengan kelainan genetik. Kelainan ini telah
diidentifikasi, dan orang yang beresiko dapat diidentifikasi melalui genetik.
Sekali teridentifikasi sebagai pembawa gen yang abnormal, orang-orang ini
memerlukan konseling dan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kanker prakanker
dan tumor (Munoz,2009).
Faktor lain yang beresiko tinggi
untuk mengembangkan kanker kolon, meliputi hal-hal berikut :
1.
Kolitis
ulseratif atau penyakit Crohn (Glick,2000).
2.
Kanker payudara,
rahim, atau ovarium sekarang atau di masa lalu (Agrawal,2008).
3.
Obesitas telah
diidentifikasi sebgai faktor resiko kanker usus besar (Gitterns,2009).
4.
Merokok telah
jelas dikaitkan dengan resiko yang lebihtinggi untuk kanker usus besar.
Apakah diet memaikan peran dalam mengembangkan
kanker kolon masih diperdebatkan. Keyakinkan bahwa serat tinggi, rendah lemak
dapat membantu mencegah kanker usus besar telah diperiksa. Studi menunjukan
bahwa melakukan olahraga dan diet kaya buah-buahan serta sayuran dapat membantu
mencegah kanker usus besar (Cummings,1998).
Penelitian efek obat menunjukkan bahwa terapi pengganti
estrogen dan OAINS seperti aspirin dapat mengurangi resiko kanker kolorektal (Chan,2002).
2.3 Patofisiologi
Penyebab
jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan
faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan
faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat
yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan
asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang
beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon
dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai
polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak;
jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa
masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar
usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering
terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering
terjadi pada sekum dan kolon asendens.
Tumor dapat
menyebar melalui :
1. Infiltrasi
langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria).
2. Penyebaran
lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3. Melalui
aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik
ke sistem portal.
Stadium pada
pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya :
1.
Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas
pada lapisan dinding usus besar (lapisan mukosa).
2. Stadium II
terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan
mukosa.
3. Pada stadium
III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat
di sekitar usus.
4. Stadium IV
terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan
ke organ-organ lain.
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala
sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan
defekasi. Pasase darah dalam feses gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga
anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau penurunan berat badan
dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah
nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering
dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi
(nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya
darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungakan dengan lesi rektal
adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare
bergantian, serta feses berdarah.
2.5 Klasifikasi
Klasifikai
kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = Tumor, N = Kelenjar getah
bening regional, M = Jarak metastese).
T
Tumor primer
TO
Tidak ada tumor
TI
Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2
Invasi ke dinding otot
T3
Tumor menembus dinding otot
N
Kelenjar limfa
N0
tidak ada metastase
N1
Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2
Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3
Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M
Metastasis jauh
MO
Tidak ada metastasis jauh
MI
Ada metastasis jauh
Karsinoma
Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh
tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak
membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin
menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan
mesenterik fat. Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada
disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke
limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari
tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel
tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat
yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.
Tempat metastase
yang lain termasuk :
·
Kelenjar Adrenalin
·
Ginjal
·
Kulit
·
Tulang
·
Otak
Penambahan
untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem
sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum
pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan
dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.
2.6 Komplikasi
Komplikasi
pada pasien dengan kanker kolon yaitu :
1.
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus
parsial atau lengkap.
2.
Metastase ke
organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh
darah sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi.
4.
Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan
pembentukan abses.
5.
Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6.
Pembentukan abses
Pembentukan
fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya tumor menyerang pembuluh
darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor tumbuh kedalam usus
besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak
bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ
yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab
gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
2.7 Pencegahan
Pencegahan
kanker kolon :
1.
Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang
air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu,
dan besi dalam usus besar.
2.
Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3.
Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan
betakarotin.
4.
Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5.
Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah
dan teratur untuk buang air besar.
6.
Hidup rileks dan kurangi stress.
2.8 Penatalaksanaan
a)
Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus
diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan
yang cukup bermakna terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan medis
untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi
ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan
mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah
5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang
dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam
kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian,
setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.
b)
Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal,
pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu
sisi dapat diangkat dengan kolonoskop.
Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru
dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus.
Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan dikolon, massa
tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi
kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk
mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah
paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar,
operasi tidak dapat dilakukan. Tipe
pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
·
Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan
tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik).
·
Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid
permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter
anal).
·
Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental
dan anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi.
·
Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan
lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi).
c)
Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan
pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan
lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi
sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon
keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang
ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
d)
Penatalaksanaan Keperawatan
1.
Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2.
Meningkatkan kenyamanan.
3.
Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4.
Mencegah komplikasi.
5.
Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
e)
Penatalaksanaan Diet
1.
Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga
berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena
kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
2.
Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari).
3.
Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan
kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
4.
Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna
sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5.
Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang
berlebihan.
6.
Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara
teratur.
2.9 Pemeriksaan Penunjang
a.
Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan,
baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada
endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
b.
Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan
antara lain adalah : foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan
enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan
letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana
terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak
teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah
sigmoidoscopy dan colonoscopy. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya
massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat
menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis. Pemeriksaan foto dada berguna
selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa
digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat
terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.
c.
Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk
mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan
di hati.
d.
Histopatologi atau selain melakukan endoskopi
sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis
guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah
adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.
e.
Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk
karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan
perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA.
Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang
sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi
secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml
hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir
berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan
juga amoeba.
f.
Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan
ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi
respons pada pengobatan.
g.
Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk
diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui
sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
h.
Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit:
Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih:
trombosit meningkat atau berkurang.
i.
Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik
atau primer.
2.10 Asuhan
Keperawatan
A.
Pengkajian
Pada
pengkajian akan di dapatkan sesuai stadium kolon. Keluhan sangat ditentukan
oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker
berlokasi.
Pada
pengkajian riwayat penyakit sekarang, akan didapatkan perubahan kebiasaan
defekasi dan pasase darah dalam feses. Gejala dapat juga mencakup anemia yang
tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan.
Pengkajian
riwayat penyakit penting untuk diketahui adanya riwayat infeksi pada kolon,
kanker payudara, rahim, atau ovarium. Pengkajian riwayat keluarga, terutama
pada generasi terdahulu yang memiliki riwayat kanker. Pengkajian kebiasaan yang
mendukung peningkatan risiko, seperti merokok, konsumsi makanan rendah serat,
atau tinggi lemak dan protein. Perawat
juga mengkaji selama ada riwayat penyakit tersebut apakah disertai
adanya penurunan berat badan.
Kanker
kolon pada lansia berhubungan berat dengan karsinogen diet. Kekurangan serat
adalah faktor penyebab utama karena hal ini menyebabkan pasase melalui saluran
usus adalah faktor penyebab utama karena hal ini menyebabkan pasase feses
melalui saluran usus menjadi lama sehingga terpajan karsinogen cukup lama.
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi
senyawa yang mempunyai sifat karsinogen. Keletihan hampir selalu ada, akibat
anemia defisiensi besi primer. Keluhan yang sering dilaporkan oleh lansia
adalah nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus, dan perdarahan rektal.
Pengkajian
psikososial biasanya didapatkan kecemasan berat setelah mendapat pemberitahuan
tentang kondisi kanker kolon. Pengkajian pengetahuan pasien tentang program
pengobatan kanker meliputi radiasi, kemoterapi, dan pembedahan memberikan
manisfestasi untuk merencanakan tindakan yang sesuai dngan kondisi individu.
Pemeriksaan
fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik. Pada survei umum
terlihat lemah. TTV biasanya normal, tetapi dapat berubah sesuai dengan kondisi
klinik. Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen dan rektum akan
didapatkan :
·
Inspeksi : Tanda khas didapatkan adanya distensi
abdominal. Pemeriksaan rektum dan
fases akan didapatkan adanya perubahan bentuk dan warna fases. sering didapatkan
bentuk feses dengan kaliber kecil seperti pita. Gejala yang sering dihubungkan
dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam,
seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah
yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses,
konstipasi, dan distensi), serta adanya darah merah segar dalam feses.
·
Auskultasi : Biasanya normal
·
Perkusi : Timpani akibat abdominal mengalami
kembung.
·
Palasi : Nyeri tekan abdomen pada area lesi
Pengkajian diagnostik yang dapat
membatu adalah dengan pemeriksaan abdomen dan rektal. Prosedur diagnostik
oaling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema barium,
proktosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus kanker kolorektal
dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan biopsi atau apusan sitologi.
Pemeriksaan antigen
karsinoembriokonik (CEA) juga dapat dilakukan, meskipun antigen
karsinoembrionik mungkin bukan indikator
yang dapat dipercaya dalam mendiagnosis kanker kolon karena tidak semua lesi
menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam
diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang meningkat harus
kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada hari selanjutnya menunjukkan
kekambuhan.
Ø Pengkajian Penatalaksanaan Medis
Pasien
dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan
nasograstik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terapi komponen
darah dapat diberikan. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi
yang berhubungan. Endoskopi ultrasonografi, dan laparoskopi telah terbukti
berhasil dalam penahapan kanker kolon pada periode praoperatif.
Ø Sistemik Kemoterapi
5-
fluorourasil tetap menjadi rejimen kemoterapi pilihan untuk kanker usus besar,
bail dalam pengaturan ajuvan dan metastasis. Dalam 10 tahun terakhir, kombinasi
regimen tersebut memberikan tingkat kemajuran dan meningkatkan perkembangan
masa hidup pada pasien dengan metastasis kanker usus besar. Selain
5-flourourasil, fluoropyrimidines seperti capeitabine (xeloda) dan tegafur
digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan oxaliplaitin (Exolatin)
dan irinotecan. Beberapa rejimen kombinasi standar menggunakan infus terus
berkepanjangan yang mengandung flourourasil atau czpecitabine. Ketersediaan
kelas baru obat-obatan dan produk biologis aktif untuk kanker kolon diharapkan
dapat menambah kelangsungan hidup untuk pasien dengan penyakit metastasis dari
12 bulan pada 2 dekade yang lalu menjadi sekiktar 22 bulan saat ini (Kim,2009).
Ø Ajuvan (Pascaoperasi) Kemoterapi
Terapi
standar kanker kolon stadium II akhir dan stadium III diberikan kombinasi
flourourasil dan levamisole seperti dalam bentuk leucovorin. Pendekatan ini
telah diuji di beberapa uji acak yang besar dan telah terbukti mengurangi
individu 5 tahun resiko kanker kambuh dan kematian oleh sekitar 30%
(Arkenau,2008).
Meskipun
informasi tentang hasil terapi ajuvan dalam tahap II dan III kanker kolon
terbatas, suatu kumpulan data dikumpulkian oleh ajuvan Colon Cancer grup
endpoint dengan flourourasil berbasis terapi ajuvan baru-baru ini dianalisis.
Para penulis menyimpulkan bahwa kemoterapi ajuvan penyakit signifikan
memberikan manfaat kelangsungan hidup karena mengurangi tingkat kekambuhan
terutama dalam 2 tahun terapi ajuvan, tetapi dengan beberapa keuntungan di
tahun 3-4 (Sargent,2009).
Ø Agen Biologis
Bevacizumab
(Avastin) adalah obat anti-angiogenesis pertama yang akan disetujui dalam
praktek klinis dan indikasi pertama adalah kanker kolorektal metastatik. Obat
ini merupakan antibodi monoklonal pada faktor pertumbuhan endotel vaskular
(VEGF) dengan menunjukkan perkembangan membaik dan kelangsungan hidup secara
keseluruhan ketika bevacizumab ini ditambahkan ke kemoterapi (IFL, flourourasil
ditambah irinotecan). Seebuah analis kohorth dari pasien yang lebih tua (umur
65 tahun atau lebih) dari 2 uji klinis acak memeriksa bevacizumab ditambah
manfaat flourourasil berbasis kemoterapi ini pertama pengobatan kanker
kolorktal metastatik. Studi menyimpulkan bahwa penambahan bevacizumab untuk
kemoterapi flourourasil secara keseluruhan memberikan perbaikan dan kemajuan
masa hidup pada pasien yang lebih tua seperti halnya pada pasien yang lebih
muda, tanpa peningkatan resiko pengobatan pada kelompok usia yang lebih tua
(Kabbinavar,2009).
Ø Terapi Radiasi
Sampai
saat ini terapi radiasi tetap merupakan modalitas standar untuk pasien dnegan
kanker rektal, peran terapi radiasi pada kanker kolon masih terbatas. Terapi
ini tidak memiliki peran dalam pengaturan ajuvan atau dalam pengaturan metastasis.
Terapi ini terbatas pada terapi paliatif, utnuk metastasis dipilih sisi lain
seperti tulang metastasis. Lebih baru dan lebih selektif cara pemberian terapi
radiasi seperti stereotactic radioterapi (CyberKnife) dan tomotherapy saat ini
sedang diselidiki dan dapat memperpanjang indikasi untuk radioterapi dalam
pengelolaan kanker uus besar di masa depan (Dragovich,2009).
Ø Terapi Bedah
Pembedahan
adalah suatu modalitas kuratif untuk kanker kolon (tahan I-III) dan berpotensi
memberikan satu-satunya pilihan bagi pasien dengan metastasis dihati dan atau
paru-paru (penyakit stadium IV). Prinsip-prinsip umum untuk semua termasuk
operasi pengangkatan tumor primer dengan margin yang memadai termasuk daerah
drainase limfatik.
Untuk
lesi di sektum dan kolon kanan, diindikasikan untuk hemikolektomi kanan untuk
lesi di proksimal kolon transversus atau tengah, dilakukan hemikolektomi kanan
untuk lesi di lienalis fleksura dan kolon sebelah kiri, hemicolcctomy
kiri. Pada setiap lesi pada kolon
sigmoid, maka akan dilakukan intervensi sigmoid colectomy yang sesuai dengan
kondisi klinis. Total abdominal colectomy dengan anastomosis ileorectal mungkin
diperlukan untuk pasien yang telah didiagnosis dengan hereditary nonpolyposis
colorectal cancer (HNPCC), adenomatosa poliposis familiar, dan kanker
metachronous di segmen usus yang terpisah atau kondisi keganasan usus akut
dengan status tidak diketahui pada bagian proksimal usus (Dragovich,2009).
B.
Diagnosis
Keperawatan
1.
Pemenuhan
informasi b.d adanya intervensi
kemoterapi, radioterapi, rencana pembedahan, dan rencana perawatan rumah.
2.
Risiko tinggi
injuri b.d anemia, pascaprosedur bedah kolektomi.
3.
Nyeri b.d
kerusakan integritas jaringan, respons pembedahan.
4.
Ganguan konsep
diri (gambaran diri) b.d kolostomi permanen.
5.
Intoleransi
aktivitas b.d cepat lelah, klemahan fisik umum sekunder dari anemia.
6.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kurang adekuat.
7.
Resiko tinggi
infeksi b.d adanya port de entree luka pasca bedah.
8.
Kecemasan pasien
dan keluarga b.d prognosis penyakit, rencana pembedahan.
|
Pemenuhan
informasi b.d adanya evaluasi diagnostik, rencana pembedahan, dan rencana
perawatan rumah.
|
|
|
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam informasi kesehatan
terpenuhi.
Kriteria Evaluasi :
·
Pasien
mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan
·
Pasien
termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
|
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kaji tingkat
pengetahuan pasien tentang prosedur diagnostik pembedahan kolostomi
sementara, dan rencana perawatan rumah.
|
Tingkat
pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi pasien, perawata
menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kondisi individu pasien. Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan tersebut, perawat dapat lebih terarah dalam
memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan pasien secara efisien
dan efektif.
|
|
Cari sumber
yang meningkatkan penerimaan informasi.
|
Keluarga
terdekat dengan pasien prlu dilibatkan dalam pemenuhan informasi untuk
menurunkan resiko misinterpretasi terhadap informasi yang diberikan.
|
|
Jelaskan
tentang terapi dengan kemoterapi.
|
Pasien perlu
mengetahui bahwa kemoterapi diberikan sebagai pelengkap terapi bedah dan
terapi radiasi.
|
|
Jelaskan
tentang terapi radiasi
|
Pengetahuan
tentang karsinoma kolon walaupun tidak bersifat radiosensif dan pada
kebanyakan pasien, radiasi eksternal memberikan efek penyusustan tumor
sehingga akan menambah semangat pasien untuk melakukan terapi.
|
|
Jelaskan dan
lakukan pemenuhan atau persiapan pembedahan, meliputi :
·
Diskusikan jadwal pembedahan
·
Persiapan administrasi dan informed consent
·
Konfirmasi kepada pasien
tentang penjelasan yang telah dijelaskan oleh ahli bedah
|
Pasien dan
keluarga harus diberitahu waktu dimulainya pembedahan. Apabila rumah sakit
mempunyai jadwal kamar operasi yang padat, lebih baik pasien dan keluarga
diberitahu tentang banyaknya jadwal operasi yang telah ditetapkan sebelum
pasien.
Pasien sudah
menyelesaikan administrasi dan mengetahui secara finansial biaya pembedahan.
Pasien sudah mendapat penjelasan tentang pembedahan kolektomi atau kolostomi
oleh tim bedah dan menandatangani informed
consent.
Perawat
mengonfirmasi penjelasan ahli bedah tentang akan dilakukannya kolostomi. Hal
ini penting dilakukan karena pada beberapa pasien bisa terkejut setelah pasca
bedah terdapat anus buatan pada dinding perut yang memberikan manifestasi
sedih pada pasien.
Pasien yang
menjalani pembedahan untuk kolostomi permanen dapat mengekspresikan rasa
takut dan perubahan konsep diri.
Berdiskusi
dengan individu yang berhasil menghadapi kolostomi dapat membantu pasien
prabedah.
|
|
·
Lakukan pendidikan kesehatan
preoperatif
·
Programkan instruksi yang
didasarkan pada kebutuhan individu direncanakan dan diimplementasikan pada
waktu yang tepat
|
Manfaat dari
instruksi preoperatif telah dikenal sejak lama. Setiap pasien diajarkan
sebagai seorang individu, dengan mempertimbangkan segala keunikan ansietas,
kebutuhan dan harapan – harapannya.
Jika sesi
penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum pembedahan, pasien mungkin tidak
ingat tentang apa yang telah dikatakan. Jika instruksi diberikan terlalu
dekat dengan waktu pembedahan, pasien mungkin tidak dapat berkonsentrasi atau
belajar karena ansietas atau efek dari medikasi praanastesi.
|
|
Beritahu
persiapan pembedahan, meliputi :
·
Persiapan intestinal
·
Persiapan puasa
·
Persiapan kulit
|
Pada
persiapan untuk pembedahan penting untuk menghindari pengiritasi kolon, yang
biasanya sensitif dan rentan terhadap perforasi. Pagi hari sebelum pembedahan
lakukan pemberian laksatif salin ringan dan pemberian dengan hati – hati
enema pembersih mungkin cukup diberikan pada pasien.
Puasa
dilakukan minimal 6 – 8 jam sebelum dilakukan pembedahan.
Tujuan dari
persiapan kulit preoperatif adalah untuk mengurangi sumber bakteri tanpa
mencederai kulit.
|
|
·
Pencukuran area operasi
|
Penukuran
area operasi dilakukan apabila protokol lembaga atau ahli bedah mengharuskan
kulit untuk dicukur, pasien diberitahukan tentang prosedur mencukur,
dibaringkan dalam posisi yang nyaman dan tidak memajan bagian yang tidak
perlu.
|
|
Beritahu
persiapan pembedahan, meliputi :
·
Persiapan istirahat dan tidur
|
Istirahat
merupakan hal yang penting untuk penyembuhan normal. Kecemasan tentang
pembedahan dapat dengan mudah mengganggu kemampuan untuk istirahat atau
tidur.
|
|
Ajarkan
aktivitas pada postoperasi, meliputi :
·
Latihan nafas diafragma
|
Salah satu
tujuan dari asuhn keperawatan preoperatif adalah untuk mengajar pasien cara
untuk meningkatkan ventilasi paru dan oksigen darah setelah anestesi umum.
Hal ini dicapai dengan memperagakan pada pasien bagaimana melakukan nafas
dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas dengan lambat. Pasien diletakkan dalam posisi duduk untuk
memberikan ekspansi paru yang maksimum.
|
|
Ajarkan
aktivitas pada postoperasi, meliputi :
·
Latihan tungkai
|
Tujuan
peningkatan pergerakan tubuh secara hati – hati pada pascaoperasi adalah
untuk memperbaiki sirkulasi, untuk mencegah statis vena dan untuk menunjang
fungsi pernapasan yang optimal.
Pasien
ditunjukan bagaimana cara untuk berbalik dari satu sisi ke sisi lainnya dan
cara untuk mengambil posisi lateral. Posisi ini akan digunakan pada
pascaoperatif (bahkan sebelum pasien sadar) dan dipertahankan setiap dua jam.
|
|
Beritahu
pasien dan keluarga kapan pasien sudah bisa dikunjungi
|
Pasien akan mendapat manfaat
bila mengetahui kapan keluarga dan temannya dapat berkunjung setelah
pembedahan.
|
|
Beri
informasi tentang menajemen nyeri keperawatan
|
Menajemen nyeri dilakukan untuk
peningkatan kontrol nyeri pada pasien
|
|
Berikan
informasi pada pasien dan keluarga yang akan menjalani perawatan rumah,
meliputi :
·
Ajarkan cara merawat stoma
·
Ajarkan cara membuat kantung
dan memasang kantung drainase
·
Ajarkan cara mengirigasi
kolostomi
|
Keterlibatan
pasien dan keluarga dalam melakuakn perawatn rumah pascabedah dapat
menurunkan risiko komplikasi dan dapat meningkatkan kemandirian dalam
melakukan masalah yang sedang dihadapi.
Pasien
dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut
menggunakan sabun ringan memberikan barier kulit protektif di sekitar stoma
dan mengamankannya dengan melekatkan kantung drainase. Bedak nistatin
(Mycostatin) dapat ditebarkan sedikit pada kulit peristoma bila terdapat
iritasi atau pertumbuhan jamur.
Kulit
dibersihkan dengan perlahan menggunakan sabun ringan dan waslap lembab, serta
lembut.
Sabun
bertindak sebagai agen abrasif ringan untuk mengangkat residu enzim dari
tetesan fekal. Selama kulit dibersihkan, kasa dapat digunakan untuk menutupi
stoma atau tampon vagina dapat dimasukan dengan perlahan untuk mengabsorpsi
kelebihan drainase.
Stoma diukur
untuk menentukan ukuran kantung yang tepat, pada kondisi klinik banyak
bungkus es panjang yang dapat digunakan sebagai kantung stoma. Untuk membuat
bundaran atau cincin penahan perawat bisa memodifikasi bekas selang infus,
sedangkan untuk mengikat atau memfiksasi kantung bisa memodifikasi kasa
gulung.
Lubang
kantung harus sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan sesuai
prosedur di atas. Bundaran peristoma dipasang. Iritasi kulit ringan
memerlukan taburan bedak sebelum kantung dilekatkan.
Stoma pada
abdomen tidak mempunyai otot kontrol volunter sehingga pengosongannya dapat
terjadi pada interval waktu yang tidak teratur. Pengaturan pasase materi
fekal dicapai dengan irigasi kolostomi atau memberikan usus mengevakuasi
secara alami tanpa irigasi.
Perawat
memperagakan pada awal pertama dilakukan irigasi, biarkan pasien dan keluarga
memperhatikan atau bertanya.
|
|
·
Anjurkan mengonsumsi diet
tinggi serat
·
Anjurkan untuk menghindari
makanan yang bisa meningkatkan bau feses
·
Anjurkan untuk intervensi
pencegahan
·
Anjurkan untuk semampunya
melakukan manajemen nyeri nonfarmakologi pada saat nyeri muncul
|
Diet tinggi
serat dapat meningkatkan pasase feses sehingga konsistensi feses lembek padat
berbentuk dan mudah serta tidak menstimulasi apabila melewati lumen
intestinal pascabedah.
Makanan yang
menyebabkan bau dan gas berlebihan dihindari. Makanan ini termasuk kol,
telur, ikan, kacang polong dan produk selulosa seperti kacang tanah.
Hal – hal
lain yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko meliputi :
·
Berhenti merokok. Merokok telah
jelas dikaitkan dengan risiko tinggi kanker usus besar (dan juga banyak
kondisi lain).
·
Minum aspirin setiap hari,
tetapi karena terdapat potensi efek samping, hal ini tidak dianjurkan untuk
semua orang. Bicaralah dengan dokter terlebih dahulu.
·
Minum dosis yang aman asam
folat (misalnya ; 1 mg) setiap hari.
·
Terlibat dalam aktivitas fisik
setiap hari.
·
Makanlah berbagai jenis buah
dan sayuran setiap hari.
Beberapa
agen nyeri farmakologik biasanya memberikan reaksi negatif pada
gastrointestinal.
|
|
Anjurkan
kunjungan berkala pascabedah
|
Kunjungan
tidak lanjut harus minimal mencakup hal – hal sebagai berikut :
·
Colonoscopy dalam waktu 3 bulan
setelah operasi.
·
Colonoscopy 1 tahun setelah
pembedahan dan setiap 3 tahun setelah itu.
·
Tes untuk okultisme darah dalam
feses setiap tahun, diikuti oleh kolonoskopi jika hasil tes positif.
·
Pengukuran tingkat
carcinoembryonic antigen (CEA) untuk mrnguji kambuhnya kanker setelah
operasi.
|
|
Anjurkan
untuk masuk kelompok pendukung dan konseling
|
Hidup dengan
kondisi kanker memberikan banyak tantangan baru, baik untuk pasien dan
keluarga. Pasien mungkin mempunyai banyak kekhawatiran tentang bagaimana kanker akan memengaruhi
anda dan kemampuan anda untuk “hidup normal”, yaitu untuk merawat keluarga
dan rumah anda untuk menyimpan pekerjaan anda dan untuk melanjutkan
persahabatan dan aktivitas yang anda nikmati. Banyak orang merasa cemas dan
depresi. Beberapa orang merasa marah dan kesal, orang lain merasa tak berdaya
dan kalah.
Bagi
kebanyakan orang dengan kanker, berbicara tentang perasaan dan kekhawatiran
mereka membantu. Teman – teman dan anggota keluarga dapat sangat mendukung. Mereka
mungkin ragu – ragu untuk menawarkan dukungan sampai mereka melihat bagaimana
pasien menghadapi kondisi yang pasien lakukan. Jika pasien ingin berbicara
tentang keprihatinan, biarkan mereka tahu.
Beberapa
orang tidak ingin “beban” yang dihadapi juga dirasakan pada orang yang mereka
cintai, atau lebih suka berbicara tentang keprihatinan mereka dengan yang lebih profesional yang netral. Seorang
pekerja siosial, konselor atau ulama dapat membantu jika pasien ingin untuk
mendiskusikan perasaan dan kekhawatiran tentang punya kanker.
Banyak orang
dengan kamker angat dibantu dengan bebicara kepada orang lain yang menderita
kamker. Berbagi keprihatinan dengan orang lain yang telah mengalami hal yang
sama dapat sangat menenangkan.
|
|
Diskusikan
pola fungsi seksualitas
|
Pasien
dengan pasangannya diikutkan dalam membina pola seksual pasca-kolostomi.
Beberapa
pasien mungkin mengajukan pertanyaan tentang aktivitas seksual secara
langsung atau memberi petunjuk tak langsung menegenai rasa takut mereka.
Beberapa
individu dapat memandang pembedahan sebagai perusakan dan suatu ancaman
terhadap seksualitas mereka, beberapa merasa takut impoten. Sementara itu,
yang lain mengekspresikan kekhawatiran terhadap bau atau adanya kebocoran
dari kantung selama aktivitas seksual. Anjurkan posisi seksual alternatif,
serta metode stimulasi alternatif untuk memuaskan keinginan seksual.
|
|
Berikan
motivasi dan dukungan moral
|
Intervensi untuk meningkatkan
keinginan pasien dalam pelaksanaan prosedur pengembalian fungsi pascabedah
kolostomi.
|
C.
Rencana
Keperawatan
|
Risiko
Injuri berhubungan dengan pasca prosedur reseksi kolon
|
|
|
Tujuan
: dalam waktu 2 x 24 jam pasca intervensi reseksi kolon, pasien tidak
mengalami injuri.
Kriteria
evaluasi :
-
TTV
dalam batas normal.
-
Kodisi
kepatenan selang dada optimal.
-
Tidak
terjadi infeksi pada insisi.
|
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kaji factor-faktor yang
meningkatkan risiko injuri
|
Pasca bedah pasien akan
terdapat drain pada tubuh pasien. Keterampilan keperawatan kritis diperlukan
agar pengkajian vital dapat sistematis dilakukan
|
|
Monitor adanya komplikasi
pascabedah
|
Perawat memonitor adanya
komplkasi pascabedah seperti : kebocoran dari sisi anastomosis, prolapse
stoma, peforasi, retraksi stoma, impaksi fekal, dan iritasi kulit, serta
komplikasi paru yang dihubungkan dengan bedah abdomen. Abdomen dipantau
terhadap tanda kembalinya peristaltik dan kaji karakteristik feses.
|
|
Bantu ambulasi dini
|
Pasien yang menjalani kolostomi
dibantu turun dari tempat tidur pada hari pertama pascaoperatif dan didorong
untuk mulai berpartisipasi dalam menghadapi kolostomi
|
|
Beri perhatian khusus pada
pasien usia lanjut
|
Pasien lansia dapat mengalami
penurunan penglihatan sampai beberapa derajat dan kerusakan pendengaran,
serta sulit melakukan keterampilan yang memerlukan koordinasi motoric halus.
Oleh karenanya, membantu pasien memegang alat ostomi pada periode praoperatif
dan simulasi pembersihan kulit periostomal, serta irigasi stoma akan membantu
pasien.
Jatuh akibat ketidaksengajaan
sering terjadi pada lansia dengan ostoma, karena pada lansia terjadi
perubahan pada kulit akibat proses penuaan. Lapisan lemak subkutan dan epitel
menjadi tipis dan kulit mudah teriritasi. Untuk mecegah kerusakan, perhatian
khusus diberikan pada hygiene kulit dan penempatan alat yang tepat.
Arteriosclerosis terjadi akibat penurunan aliran darah pada luka dan sisi
stoma.
|
|
Pertahankan status dinamik yang
optimal
|
Pasien akan mendapat cairan
intravena sebagai pemeliharaan status hemodinamik
|
|
Monitor kondisi selang
nasogastrik
|
Secara umum pasien
pasca-esofagektomi akan terpasang selang nasogastric. Perawat berusaha untuk
tidak mengubah posisi, mengangkat, memanipulasi atau mengirigasi selang
kecuali memang diperlukan untuk terapi
|
|
Kolaborasi untuk pemberian
antibiotic pascabedah
|
Antibotik menurunkan resiko
infeksi yang akan menimbulkan reaksi inflamasi local dan dapat memperlama
proses penyembuhan pasca-funduplikasi lambung.
|
|
Nyeri
berubungan dengan iritasi intestinal, respons pembedahan
|
|
|
Tujuan : dalam
waktu 2 x 24 jam pasca bedah nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria
evaluasi :
-
Secara
subjektif pernyataan nyeri berkurang atau beradaptasi.
-
Skala nyeri
0-1 (0-4)
-
Ttv dalam
batas normal, wajah pasien rileks.
|
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Jelaskan
dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan noninvasive
|
Pendekatan
dengan menggunakan relaksasi dan non farmakologi lainnya telah menunjukan
keefektifan dalam mengurangi nyeri.
|
|
Lakukan
manajemen nyeri keperawatan, meliputi :
-
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST
|
Pendekatan
PQRST dapat secara komperhensif menggali kondisi nyeri pasien. Apabila pasien
mengalami skala nyeri 3 (0-4), keadaan ini merupakan peringatan yang perlu
perawat waspadai karena memberikan manifestasi klinik yang bervariasi dari
komplikasi pasca bedah reseksi kolon.
|
|
-
Beri oksigen nasal apabila skala nyeri >
3(0-4).
-
Istirahat pasien pada saat nyeri muncul.
-
Atur posisi fisiologi.
-
Ajarkan
teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul.
-
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
-
Lakukan manajemen sentuhan.
|
Pemberian
oksigen dilakukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada saat pasien mengalami
nyeri pasca bedah yang dapat mengganggu kondisi hemodinamik.
Istirahat
secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme basal.
Pengaturan
posisi semifowler dapat membantu merelaksasi otot-otot abdomen pascabedah
sehingga dapat menurunkan stimulus nyeri dari luka pascabedah.
Meningkatkan
intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari penurunan oksigen
lokal.
Distraksi
(pengalihan perhatian)dapat menurunkan stimulus internal.
Analgetik
diberikan untuk membantu menghambat stimulus nyeri ke pusat persepsi nyeri di
korteks serebri sehingga nyeri dapat berkurang.
|
|
Risiko tinggi
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intakemakanan yang kurang adekuat
|
|
|
Tujuan :
setelah 3x24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7x24 jam pascabedah, intake
nutrisi dapat optimal dilaksanakan.
Kriteria
Evaluasi :
-
Pasien dapat
menunjukkan metode menelan makanan yang tepat.
-
Terjadi
penurunan gejala refluks esophagus, meliputi : Odinofagia, pirosis berkurang,
RR dalam batas normal 12-20x/menit.
-
Berat badan
pada hari ke 7 pascabedah meningkat minimal 0,5 kg.
|
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
-
Anjurkan pasien makan dengan perlahan dan
mengunyah dengan seksama.
-
Sajikan makanan dengan cara yang menarik.
-
Fasilitasi pasien memperoleh diet biasa dengan
kandungan serat tinggi.
-
Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang
berat badan secara periodic ( sekali seminggu).
|
Makanan
dapat lewat dengan mudah ke lambung.
Membantu
merangsang nafsu makan
Kandungan
serat tinggi dapat membentuk massa feses yang optimal dan menurunkan kondisis
diverkulosis menjadi diverikulitis. Komponen buah-buahan dan sayuran dapat
meningkatkan asupan tinggi serat.
Berguna
dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
|
|
Intervensi
dengan pembedahan :
-
Berikan diet prabedah
-
Kaji kondisi dan toleransi gastrointestinal pasca
reseksi kolon.
-
Lakukan perawatan mulut.
-
Kolaborasi dengan ahli gizi jenis nutrisi yang
akan digunakan pasien.
|
Diet
tinggia kalori, rendah residu biasanya diberikan selama beberapa hari sebelum
pembedahan, bila waktu dan kondisi pasien memungkinkan.
Apabila
tidak terdapat situasi kedaruratan, tindakan praopertaif dilakukan serupa
dengan pembedahan abdomen umumnya.
Parameter
penting adalah dengan melakukan auskultasi bising usus. Apabila didapatkan
bising usus artinya fungsi gastrointenstinal sudah puih pasca-anestesi umum.
Kembalinya
diet ke pola normal berlangsung sangat cepat sedikitnya 2 L cairan/ hari
dianjurkan.
Intervensi
ini untuk menurunkan risiko infeksi oral.
Ahli
gizi harus terlibat dalam penentuan komposisi dn jenis makanan yang akan
diberikan sesuai dengan kebutuhan individu.
|
|
Risiko tinggi
infeksi b.d adanya port de entree dari luka pembedahan
|
|
|
Tujuan : Dalam
waktu 12x24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas jaringan
lunak.
Kriteria
Evaluasi :
-
Jahitan
dilepas pada hari ke 22 tanpa adanya tanda0tanda infeksi dan peradangan pada
area luka pembedahan.
-
Leukosit dalam
batas normal.
-
TTV dalam
batas normal.
|
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kaji
jenis pembedahan, hari pembedahan dan apakah adanya order khusus dari tim
dokter bedah dalam melakukan perawatan luka.
|
Mengidentifikasi
kemajuan atau penyimpanan dari tujuan yang diharapkan.
|
|
Saat
kondisi balutanbersih dan kering. dalam keadaan
|
Kondisi
bersih dan kering akan menghindari kontraminasi komensal dan akan menyebabkan
respons inflamasi lokal serta akan memperlama penyembuhan.
|
|
Lakukan
perawatan luka :
-
Lakukan perawatan luka steril pada hari kedua
pascabedah dan diulang setiap 2 hari sekali pada luka abdomen.
-
Lakukan perawatan luka pada sekitar drain.
-
Bersihkan luka dan drainase dengan cairan
anriseptik jenis iodine providum dengan cara swabbing dari arah dalam ke
luar.
-
Bersihkan bekas sisa iodinee providum dengan
alkohol 70% atau normal salin dengan cara swabbing dari arah dalam keluar.
-
Tutup luka dengan kasa steril dan tutup dengan
plester adhesif yang menyeluruh menutupi kasa.
|
Perawatan
luka sebaiknya tidak setiap hari untuk menurunkan kontak tindakan dengan luka
yang dalam kondisi steril sehingga mencegah kontaminasi kuman ke luka bedah.
Drain
pascabedah merupakan material yang menjadi jalan masuk kuman. Perawat
melakukan perawatan luka setiap hari atau disesuaikan dengan kondisi pembalut
drain, apabila kotor maka harus diganti.
Pembersihan
debris (sisa fagositosis, jaringan mati) dan kuman sekitar luka dengan
mengoptomalkan kelebihan dan iodine prividum sebagai antiseptik dan dengan
arah dari dalam ke luar sehingga dapat mencegah kontaminasi kuman ke jaringan
luka.
Antiseptik
iodine providum mempunyai kelemahan dalam menurunkan proses epitelisasi
jaringan sehingga memperlambat pertumbuhan luka, maka harus membersihkan
dengan alkohol, atau normal salin.
Penutupan
secara menyeluruh dapat menghindari kontaminasi dari benda atau udara yang
bersentuhan dengan luka bedah.
|
|
Angkat
drainase pascabedah sesuai pesanan
medis.
|
Pelepasan
sesuai indikasi bertujuan untuk menurunkan risiko infeksi.
|
|
Kolaborasi
penggunaan antibiotik
|
Antibiotik
injeksi diberikan selama 3 hari pascabedah yang kemudian dilanjutkan
antibiotik oral sampai jahitan dilepas. Peran perawat mengkaji adanya reaksi
dan rowayat alergi antibiotik, serta memberikian anti biotik sesuai pesanan
dokter.
|
|
Kecemasan b.d
prokmosis penyakit, misinterpretasi informasi
|
|
|
Tujuan : Dalam
waktu 1x24 jam pasien secara subjektif melaporkan rasa cemas berkurang.
Kriteria
Evaluasi :
-
Pasien mampu
mengungkapkan prasaan nya kepada perawat
-
Pasien dapat
mendemonstrasikan keterampiloan pemecahan masalahnya dan perubahan koping
yang digunakan sesuai situasi yang dihadapi.
-
Pasien dapat
mencatat penurunan kecemasan atau ketakutan dibawah standar
-
Pasien dapat
rileks dan tidur atau sistirahat dengan baik.
|
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Monitor
respon fisik, seperti : kelemahan, perubahan TTV, gerakan yang berulang-ulang
serta catat kesesuaian respon verbal dan non verbal selama komunikasi
|
Diguanakan
dalam mengevaluasi derajat/ tingkat kesadaran / konsentrasi, khususnya ketika
melakukan komunikasi verbal. Pada kondisi klinik, pasien biasanya merasa
sedih akibat diagnosis penyakit dan rencana pembedahan. Pasien yang menjalani
pembedahan untuk kolostomi sementara dapat mengekspresikan rasa takut dan
masalah yang serupa dengan individu yang memiliki stoma permanen.
|
|
Anjurkan
pasien dan keluarga untuk mengungkapkan dan mengekspresikan rasa takutnya
|
Memeberikan
kesempatan utnuk berkonsentrasi, kejelasan dan rasa takut dan mengurangi
cemas yang berlebihan
|
|
Beri
dukungan prabedah
|
Hubungan
emosional yang baik antara perawat dan
pasien akan memengaruhi penerimaan pasien dengan pembedahan. Aktif mendengar
semua kekhawatiran dan keprihatinan pasien adalah bagian penting dari
evaluasi praoperatif. Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang akan dilakukan
pilihan anastesi dan perubahan atau kejadian pascaoperatif yang diharapkan
akan menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar terhadap anastesi. Bagi
sebagian besar pasien pembedahan adalah suatu peristiwa hidup yang bermakna.
Kemampuan perawat dan dokter untuk
memandang pasien dan keluarganya sebagai manusia yang layak untuk didengarkan
dan dimintai pendapat, ikut menetukan hasil pembedahan. Egbert et al (1963,
dikutip Gruendemman,2006) memperlihatkan bahwa kecemasan pasien yang
dikunjungi dan dimintai pendapat sebelum dioprasi akan berkurang saat tiba
dikamar operasi dibandingkan mereka yang hanya sekedar diberi pramedikasi
dengan fenobarbital . kelompok yang mendapat pramedikasi melaporkan rasa
mengantuk tetapi tetap cemas.
|
|
Bantu
pasien meningkatkan citra tubuh dan beri kesempatan pasien mengungkapkan
perasaan nya.
|
Perubahan
yang terjadi pada citra tubuh dan gaya hidup sering sangat mengganggu, oleh
karena itu pasien memerlukan dukungan empatis dalam mencoba menyesuaikan nya.
Oleh karena stoma ditempatkan pada abdomen, pasien dapat berfikir bahwa
setiap orang akan melihat ostomi. Perawat dapat membantu mengurangi ktakutan
ini dengan memberikan informasi aktual tentang prosedur pembedahan dan
pembentukan serta penatalaksanaan ostomi. Apabila pasien menghendaki,
diagram, foto dan sladt dapat digunakan untuk menjelaskan dan memperjelas.
Pasien juga dapat mengalami stres emosional, perawat perlu mengulang beberapa
informasi. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengajukan pertanyaan.
|
|
Hadirkan
pasien yang pernah dilakukan kolostomi.
|
Berdiskusi
dengan individu yang berhasi menghadapi kolostomi sering membantu menurunkan
kecemasan pasien prabedah
|
|
Berikan
privasi untuk orang terdekat.
|
Memberi
waktu untuk mengekspresika perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku
adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih pasien yang melayani
aktifitas dan pengalihan ( misalnya membaca) akan menurunkan perasaan
terisolasi .
|
|
Kolaborasi
:
Berikan anti
cemas sesuai indikasi contohnya diazepam.
|
Meningkatkan
relaksasi dan menurunkan kecemasan.
|
D. Evaluasi
:
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan
tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Informasi
kesehatan terpenuhi.
2. Tidak
mengalami injuri pasca prosedur bedah reseksi kolon.
3. Nyeri
berkurang atau teradaptasi.
4. Intake
nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu.
5. Infeksi
luka operasi tidak terjadi.
6. Kecemasan
berkurang.
7. Peningkatan
konsep diri atau gambaran diri.
8. Peningkatan
aktifitas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker kolon
adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon merupakan penyakit
yang bukan sembarangan namun bukan pula penyakit yang tidak bisa
disembuhkan.Kanker kolon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat
setelah kanker paru-paru ( ACS 1998). Penyakit ini termasuk penyakit yang
mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih
parah. Kanker usus bila dideteksi dan ditangani dengan cepat maka peluang untuk
sembuh total pun akan semakin besar peluangnya. Pembedahan adalah satu-satunya
cara untuk mengubah kanker kolon.
3.2 Saran
Kami dari kelompok 7 mengharapkan
saran dari pembaca agar dapat memberi kritik dan saran untuk kesempurnaan
makalah Kanker Kolon. Kami dari kelompok juga menyarankan kepada para pembaca
hendaknya tidak hanya mengambil satu referensi dari makalah ini saja
dikarenakan kami dari penulis menyadari bahwa makalah ini hanya mengambil
reperensi dari beberapa sumber saja.
DAFTAR PUSTAKA
Mutttaqin, Arif.2011.Gangguan Gastrointestinal.Jakarta : Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar