Kamis, 05 November 2015

Ca Colon



BAB I
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang
Usus besar adalah bagian dari sistim pencernaan (digestive system) dimana materi yang dibuang (sampah) disimpan. Rektum (rectum) adalah ujung dari usus besar dekat dubur (anus). Bersama, mereka membentuk suatu pipa panjang yang berotot yang disebut usus besar. Tumor-tumor usus besar dan rektum adalah pertumbuhan-pertumbuhan yang datangnya dari dinding dalam dari usus besar.
Tumor-tumor ramah dari usus besar disebut polip-polip (polyps). Tumor-tumor ganas dari usus besar disebut kanker-kanker. Polip-polip ramah tidak menyerang jaringan yang berdekatan dengannya atau menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Polip-polip ramah dapat diangkat dengan mudah sewaktu colonoscopy dan adalah bukan ancaman nyawa. Jika polip-polip ramah tidak diangkat dari usus besar, mereka dapat menjadi ganas (bersifat kanker) melalui waktu. Kebanyakan dari kanker-kanker usus besar dipercayai telah berkembang dari polip-polip. Kanker usus besar dan rektum, juga dirujuk sebagai kanker kolorektal ( colorectal cancer), dapat menyerang dan merusak jaringan-jaringan dan organ-organ yang berdekatan. Sel-sel kanker juga dapat pecah dan keluar dan menyebar pada bagian-bagian lain tubuh (seperti hati dan paru-paru) dimana tumor-tumor baru terbentuk. Penyebaran kanker usus besar ke organ-organ yang terletak jauh darinya disebut metastasis dari kanker usus besar. Sekali metastasis telah terjadi pada kanker kolorektal (colorectal cancer), suatu penyembuhan yang penuh dari kanker adalah tidak mungkin.

1.2            Rumusan Masalah
1.      Apa definisi kanker kolon ?
2.      Apa etiologi kanker kolon ?
3.      Bagaimana patofiologi kanker kolon ?
4.      Apa manifestasi kanker kolon ?
5.      Apa saja klasifikasi kanker kolon ?
6.      Apa saja komplikasi kanker kolon ?
7.      Bagaimana pencegahan kanker kolon ?
8.      Bagaimana penatalaksanaan kanker kolon ?
9.      Apa saja pemeriksaan penunjang kanker kolon ?
10.  Bagaimana asuhan keperawatan kanker kolon ?



1.3            Tujuan
1.      Memahami definisi kanker kolon ?
2.      Mengetahui etiologi kanker kolon ?
3.      Memahami patofiologi kanker kolon ?
4.      Mengetahui manifestasi kanker kolon ?
5.      Mengetahui klasifikasi kanker kolon ?
6.      Mengetahui komplikasi kanker kolon ?
7.      Mengetahui pencegahan kanker kolon ?
8.      Mengetahui penatalaksanaan kanker kolon ?
9.      Mengetaui pemeriksaan penunjang kanker kolon ?
10.  Memahami asuhan keperawatan kanker kolon ?

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Definisi
Kanker kolon adalah suatu keganasan yang terjadi di usus besar. American Cancer Society (2009) memperkirakan bahwa 148.810 orang akan dapat didiagnosis dengan kanker kolorektal dan 49.960 akan mati karena penyakit ini di Amerika Serikat pada tahun 2008. Pada tahun 2003, organisasi kesehatan dunia memperkirakan bahwa sekitar 940.000 individu yang dapat didiagnosis dengan kanker kolorektal diseluruh dunia dan 492.000 meninggal pada tahun tersebut.
Kanker kolorektal merupakan beban kesehatan utama diseluruh dunia. Kejadian dan kematian dari kanker kolon mengalami penurunan yang lambat selama 20 tahun di Amerika serikat. Namun, kanker kolon tetap penyebab ketiga kanker yang berhubungan dengan kematian pada tahun 2008 (ACS,2009).
2.2       Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi beberapa  kondisi yang dikenal sebagai sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi resiko kanker kolon (Dragovich, 2009).
Sebagai besar kanker kolon muncul dari polip adenomatosa yang menutupi dinding sebelah dalam usus besar. Seiring waktu, pertumbuhan abnormal ini memperbesar dan akhirnya berkembang menjadi adenokarsinoma. Dalam kondisi ini, banyak adenomatosa mengembangkan polip di kolon, yang pada akhirnya menyebabkan kanker usus besar. Kanker biasanya terjadi sebelum usia 40 tahun. Sindrom adenomatosa poliposis cenderung berjalan dalam keluarga.
Kelompok lain sindrom kanker usus besar, disebut sindrom keturunan nonpolyposis kanker kolorektal (HNPCC=hereditary nonpolyposis colorectal cancer), juga berjalan dalam keluarga. Dalam sindrom ini, kanker kolon berkembang tanpa didahului dengan polip. Sindrom HNPCC berhubungan dengan kelainan genetik. Kelainan ini telah diidentifikasi, dan orang yang beresiko dapat diidentifikasi melalui genetik. Sekali teridentifikasi sebagai pembawa gen yang abnormal, orang-orang ini memerlukan konseling dan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kanker prakanker dan tumor (Munoz,2009).
Faktor lain yang beresiko tinggi untuk mengembangkan kanker kolon, meliputi hal-hal berikut :
1.      Kolitis ulseratif atau penyakit Crohn (Glick,2000).
2.      Kanker payudara, rahim, atau ovarium sekarang atau di masa lalu (Agrawal,2008).
3.      Obesitas telah diidentifikasi sebgai faktor resiko kanker usus besar (Gitterns,2009).
4.      Merokok telah jelas dikaitkan dengan resiko yang lebihtinggi untuk kanker usus besar.
Apakah diet memaikan peran dalam mengembangkan kanker kolon masih diperdebatkan. Keyakinkan bahwa serat tinggi, rendah lemak dapat membantu mencegah kanker usus besar telah diperiksa. Studi menunjukan bahwa melakukan olahraga dan diet kaya buah-buahan serta sayuran dapat membantu mencegah kanker usus besar (Cummings,1998).
Penelitian  efek obat menunjukkan bahwa terapi pengganti estrogen dan OAINS seperti aspirin dapat mengurangi resiko kanker kolorektal (Chan,2002).
2.3     Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
Tumor dapat menyebar melalui :
1.     Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
2.     Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3.     Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik ke sistem portal.
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya :
1.      Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar (lapisan mukosa).
2.     Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan mukosa.
3.     Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar usus.
4.     Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ lain.
2.4     Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungakan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
2.5     Klasifikasi
Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = Tumor, N = Kelenjar getah bening regional, M = Jarak metastese).
T          Tumor primer
TO       Tidak ada tumor
TI        Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2        Invasi ke dinding otot
T3        Tumor menembus dinding otot
N         Kelenjar limfa
N0       tidak ada metastase
N1       Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2       Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3       Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M         Metastasis jauh
MO      Tidak ada metastasis jauh
MI       Ada metastasis jauh
Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat. Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.
Tempat metastase yang lain termasuk :
·         Kelenjar Adrenalin
·         Ginjal
·         Kulit
·         Tulang
·         Otak
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.
2.6     Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu :
1.      Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2.       Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3.      Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi.
4.      Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5.      Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6.      Pembentukan abses
Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

2.7     Pencegahan
Pencegahan kanker kolon :
1.      Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
2.      Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3.      Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4.      Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5.      Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar.
6.      Hidup rileks dan kurangi stress.
2.8     Penatalaksanaan
a)                 Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.
b)                Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
·        Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik).
·        Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal).
·        Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi.
·        Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi).
c)                 Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
d)                 Penatalaksanaan Keperawatan
1.      Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2.      Meningkatkan kenyamanan.
3.      Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4.      Mencegah komplikasi.
5.      Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
e)                 Penatalaksanaan Diet
1.      Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
2.      Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari).
3.      Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
4.      Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5.      Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6.      Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
2.9     Pemeriksaan Penunjang
a.     Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun  kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
b.     Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis. Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.
c.      Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
d.     Histopatologi atau selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.
e.      Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
f.       Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
g.     Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
h.     Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.
i.       Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
2.10   Asuhan Keperawatan
A.    Pengkajian
Pada pengkajian akan di dapatkan sesuai stadium kolon. Keluhan sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi.
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang, akan didapatkan perubahan kebiasaan defekasi dan pasase darah dalam feses. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan.
Pengkajian riwayat penyakit penting untuk diketahui adanya riwayat infeksi pada kolon, kanker payudara, rahim, atau ovarium. Pengkajian riwayat keluarga, terutama pada generasi terdahulu yang memiliki riwayat kanker. Pengkajian kebiasaan yang mendukung peningkatan risiko, seperti merokok, konsumsi makanan rendah serat, atau tinggi lemak dan protein. Perawat  juga mengkaji selama ada riwayat penyakit tersebut apakah disertai adanya penurunan berat badan.
Kanker kolon pada lansia berhubungan berat dengan karsinogen diet. Kekurangan serat adalah faktor penyebab utama karena hal ini menyebabkan pasase melalui saluran usus adalah faktor penyebab utama karena hal ini menyebabkan pasase feses melalui saluran usus menjadi lama sehingga terpajan karsinogen cukup lama. Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen. Keletihan hampir selalu ada, akibat anemia defisiensi besi primer. Keluhan yang sering dilaporkan oleh lansia adalah nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus, dan perdarahan rektal.
Pengkajian psikososial biasanya didapatkan kecemasan berat setelah mendapat pemberitahuan tentang kondisi kanker kolon. Pengkajian pengetahuan pasien tentang program pengobatan kanker meliputi radiasi, kemoterapi, dan pembedahan memberikan manisfestasi untuk merencanakan tindakan yang sesuai dngan kondisi individu.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik. Pada survei umum terlihat lemah. TTV biasanya normal, tetapi dapat berubah sesuai dengan kondisi klinik. Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen dan rektum akan didapatkan :
·         Inspeksi        : Tanda khas didapatkan adanya distensi abdominal. Pemeriksaan      rektum dan fases akan didapatkan adanya perubahan bentuk dan warna fases. sering didapatkan bentuk feses dengan kaliber kecil seperti pita. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi, dan distensi), serta adanya darah merah segar dalam feses.
·         Auskultasi    : Biasanya normal
·         Perkusi         : Timpani akibat abdominal mengalami kembung.
·         Palasi            : Nyeri tekan abdomen pada area lesi
Pengkajian diagnostik yang dapat membatu adalah dengan pemeriksaan abdomen dan rektal. Prosedur diagnostik oaling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema barium, proktosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan biopsi atau apusan sitologi.
Pemeriksaan antigen karsinoembriokonik (CEA) juga dapat dilakukan, meskipun antigen karsinoembrionik mungkin  bukan indikator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosis kanker kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada hari selanjutnya menunjukkan kekambuhan.
Ø  Pengkajian Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasograstik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan. Endoskopi ultrasonografi, dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam penahapan kanker kolon pada periode praoperatif.

Ø  Sistemik Kemoterapi
5- fluorourasil tetap menjadi rejimen kemoterapi pilihan untuk kanker usus besar, bail dalam pengaturan ajuvan dan metastasis. Dalam 10 tahun terakhir, kombinasi regimen tersebut memberikan tingkat kemajuran dan meningkatkan perkembangan masa hidup pada pasien dengan metastasis kanker usus besar. Selain 5-flourourasil, fluoropyrimidines seperti capeitabine (xeloda) dan tegafur digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan oxaliplaitin (Exolatin) dan irinotecan. Beberapa rejimen kombinasi standar menggunakan infus terus berkepanjangan yang mengandung flourourasil atau czpecitabine. Ketersediaan kelas baru obat-obatan dan produk biologis aktif untuk kanker kolon diharapkan dapat menambah kelangsungan hidup untuk pasien dengan penyakit metastasis dari 12 bulan pada 2 dekade yang lalu menjadi sekiktar 22 bulan saat ini (Kim,2009).

Ø  Ajuvan (Pascaoperasi) Kemoterapi
Terapi standar kanker kolon stadium II akhir dan stadium III diberikan kombinasi flourourasil dan levamisole seperti dalam bentuk leucovorin. Pendekatan ini telah diuji di beberapa uji acak yang besar dan telah terbukti mengurangi individu 5 tahun resiko kanker kambuh dan kematian oleh sekitar 30% (Arkenau,2008).
Meskipun informasi tentang hasil terapi ajuvan dalam tahap II dan III kanker kolon terbatas, suatu kumpulan data dikumpulkian oleh ajuvan Colon Cancer grup endpoint dengan flourourasil berbasis terapi ajuvan baru-baru ini dianalisis. Para penulis menyimpulkan bahwa kemoterapi ajuvan penyakit signifikan memberikan manfaat kelangsungan hidup karena mengurangi tingkat kekambuhan terutama dalam 2 tahun terapi ajuvan, tetapi dengan beberapa keuntungan di tahun 3-4 (Sargent,2009).

Ø  Agen Biologis
Bevacizumab (Avastin) adalah obat anti-angiogenesis pertama yang akan disetujui dalam praktek klinis dan indikasi pertama adalah kanker kolorektal metastatik. Obat ini merupakan antibodi monoklonal pada faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF) dengan menunjukkan perkembangan membaik dan kelangsungan hidup secara keseluruhan ketika bevacizumab ini ditambahkan ke kemoterapi (IFL, flourourasil ditambah irinotecan). Seebuah analis kohorth dari pasien yang lebih tua (umur 65 tahun atau lebih) dari 2 uji klinis acak memeriksa bevacizumab ditambah manfaat flourourasil berbasis kemoterapi ini pertama pengobatan kanker kolorktal metastatik. Studi menyimpulkan bahwa penambahan bevacizumab untuk kemoterapi flourourasil secara keseluruhan memberikan perbaikan dan kemajuan masa hidup pada pasien yang lebih tua seperti halnya pada pasien yang lebih muda, tanpa peningkatan resiko pengobatan pada kelompok usia yang lebih tua (Kabbinavar,2009).

Ø  Terapi Radiasi
Sampai saat ini terapi radiasi tetap merupakan modalitas standar untuk pasien dnegan kanker rektal, peran terapi radiasi pada kanker kolon masih terbatas. Terapi ini tidak memiliki peran dalam pengaturan ajuvan atau dalam pengaturan metastasis. Terapi ini terbatas pada terapi paliatif, utnuk metastasis dipilih sisi lain seperti tulang metastasis. Lebih baru dan lebih selektif cara pemberian terapi radiasi seperti stereotactic radioterapi (CyberKnife) dan tomotherapy saat ini sedang diselidiki dan dapat memperpanjang indikasi untuk radioterapi dalam pengelolaan kanker uus besar di masa depan (Dragovich,2009).

Ø  Terapi Bedah
Pembedahan adalah suatu modalitas kuratif untuk kanker kolon (tahan I-III) dan berpotensi memberikan satu-satunya pilihan bagi pasien dengan metastasis dihati dan atau paru-paru (penyakit stadium IV). Prinsip-prinsip umum untuk semua termasuk operasi pengangkatan tumor primer dengan margin yang memadai termasuk daerah drainase limfatik.
Untuk lesi di sektum dan kolon kanan, diindikasikan untuk hemikolektomi kanan untuk lesi di proksimal kolon transversus atau tengah, dilakukan hemikolektomi kanan untuk lesi di lienalis fleksura dan kolon sebelah kiri, hemicolcctomy kiri.  Pada setiap lesi pada kolon sigmoid, maka akan dilakukan intervensi sigmoid colectomy yang sesuai dengan kondisi klinis. Total abdominal colectomy dengan anastomosis ileorectal mungkin diperlukan untuk pasien yang telah didiagnosis dengan hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC), adenomatosa poliposis familiar, dan kanker metachronous di segmen usus yang terpisah atau kondisi keganasan usus akut dengan status tidak diketahui pada bagian proksimal usus (Dragovich,2009).

B.     Diagnosis Keperawatan
1.      Pemenuhan informasi b.d  adanya intervensi kemoterapi, radioterapi, rencana pembedahan, dan rencana perawatan rumah.
2.      Risiko tinggi injuri b.d anemia, pascaprosedur bedah kolektomi.
3.      Nyeri b.d kerusakan integritas jaringan, respons pembedahan.
4.      Ganguan konsep diri (gambaran diri) b.d kolostomi permanen.
5.      Intoleransi aktivitas b.d cepat lelah, klemahan fisik umum sekunder dari anemia.
6.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kurang adekuat.
7.      Resiko tinggi infeksi b.d adanya port de entree luka pasca bedah.
8.      Kecemasan pasien dan keluarga b.d prognosis penyakit, rencana pembedahan.

Pemenuhan informasi b.d adanya evaluasi diagnostik, rencana pembedahan, dan rencana perawatan rumah.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Kriteria Evaluasi :
·         Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan
·         Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang prosedur diagnostik pembedahan kolostomi sementara, dan rencana perawatan rumah.
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi pasien, perawata menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kondisi individu pasien. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut, perawat dapat lebih terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan pasien secara efisien dan efektif.
Cari sumber yang meningkatkan penerimaan informasi.
Keluarga terdekat dengan pasien prlu dilibatkan dalam pemenuhan informasi untuk menurunkan resiko misinterpretasi terhadap informasi yang diberikan.
Jelaskan tentang terapi dengan kemoterapi.
Pasien perlu mengetahui bahwa kemoterapi diberikan sebagai pelengkap terapi bedah dan terapi radiasi.
Jelaskan tentang terapi radiasi
Pengetahuan tentang karsinoma kolon walaupun tidak bersifat radiosensif dan pada kebanyakan pasien, radiasi eksternal memberikan efek penyusustan tumor sehingga akan menambah semangat pasien untuk melakukan terapi.
Jelaskan dan lakukan pemenuhan atau persiapan pembedahan, meliputi :
·         Diskusikan jadwal pembedahan






·         Persiapan administrasi dan informed consent




·         Konfirmasi kepada pasien tentang penjelasan yang telah dijelaskan oleh ahli bedah


Pasien dan keluarga harus diberitahu waktu dimulainya pembedahan. Apabila rumah sakit mempunyai jadwal kamar operasi yang padat, lebih baik pasien dan keluarga diberitahu tentang banyaknya jadwal operasi yang telah ditetapkan sebelum pasien.

Pasien sudah menyelesaikan administrasi dan mengetahui secara finansial biaya pembedahan. Pasien sudah mendapat penjelasan tentang pembedahan kolektomi atau kolostomi oleh tim bedah dan menandatangani informed consent.

Perawat mengonfirmasi penjelasan ahli bedah tentang akan dilakukannya kolostomi. Hal ini penting dilakukan karena pada beberapa pasien bisa terkejut setelah pasca bedah terdapat anus buatan pada dinding perut yang memberikan manifestasi sedih pada pasien.
Pasien yang menjalani pembedahan untuk kolostomi permanen dapat mengekspresikan rasa takut dan perubahan konsep diri.
Berdiskusi dengan individu yang berhasil menghadapi kolostomi dapat membantu pasien prabedah.
·         Lakukan pendidikan kesehatan preoperatif




·         Programkan instruksi yang didasarkan pada kebutuhan individu direncanakan dan diimplementasikan pada waktu yang tepat
Manfaat dari instruksi preoperatif telah dikenal sejak lama. Setiap pasien diajarkan sebagai seorang individu, dengan mempertimbangkan segala keunikan ansietas, kebutuhan dan harapan – harapannya.

Jika sesi penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum pembedahan, pasien mungkin tidak ingat tentang apa yang telah dikatakan. Jika instruksi diberikan terlalu dekat dengan waktu pembedahan, pasien mungkin tidak dapat berkonsentrasi atau belajar karena ansietas atau efek dari medikasi praanastesi.
Beritahu persiapan pembedahan, meliputi :
·         Persiapan intestinal







·         Persiapan puasa


·         Persiapan kulit


Pada persiapan untuk pembedahan penting untuk menghindari pengiritasi kolon, yang biasanya sensitif dan rentan terhadap perforasi. Pagi hari sebelum pembedahan lakukan pemberian laksatif salin ringan dan pemberian dengan hati – hati enema pembersih mungkin cukup diberikan pada pasien.

Puasa dilakukan minimal 6 – 8 jam sebelum dilakukan pembedahan.

Tujuan dari persiapan kulit preoperatif adalah untuk mengurangi sumber bakteri tanpa mencederai kulit.
·         Pencukuran area operasi
Penukuran area operasi dilakukan apabila protokol lembaga atau ahli bedah mengharuskan kulit untuk dicukur, pasien diberitahukan tentang prosedur mencukur, dibaringkan dalam posisi yang nyaman dan tidak memajan bagian yang tidak perlu.
Beritahu persiapan pembedahan, meliputi :
·         Persiapan istirahat dan tidur


Istirahat merupakan hal yang penting untuk penyembuhan normal. Kecemasan tentang pembedahan dapat dengan mudah mengganggu kemampuan untuk istirahat atau tidur.
Ajarkan aktivitas pada postoperasi, meliputi :
·         Latihan nafas diafragma


Salah satu tujuan dari asuhn keperawatan preoperatif adalah untuk mengajar pasien cara untuk meningkatkan ventilasi paru dan oksigen darah setelah anestesi umum. Hal ini dicapai dengan memperagakan pada pasien bagaimana melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas dengan lambat. Pasien diletakkan dalam posisi duduk untuk memberikan ekspansi paru yang maksimum.
Ajarkan aktivitas pada postoperasi, meliputi :
·         Latihan tungkai


Tujuan peningkatan pergerakan tubuh secara hati – hati pada pascaoperasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, untuk mencegah statis vena dan untuk menunjang fungsi pernapasan yang optimal.
Pasien ditunjukan bagaimana cara untuk berbalik dari satu sisi ke sisi lainnya dan cara untuk mengambil posisi lateral. Posisi ini akan digunakan pada pascaoperatif (bahkan sebelum pasien sadar) dan dipertahankan setiap dua jam.
Beritahu pasien dan keluarga kapan pasien sudah bisa dikunjungi
Pasien akan mendapat manfaat bila mengetahui kapan keluarga dan temannya dapat berkunjung setelah pembedahan.
Beri informasi tentang menajemen nyeri keperawatan
Menajemen nyeri dilakukan untuk peningkatan kontrol nyeri pada pasien
Berikan informasi pada pasien dan keluarga yang akan menjalani perawatan rumah, meliputi :



·         Ajarkan cara merawat stoma
















·         Ajarkan cara membuat kantung dan memasang kantung drainase











·         Ajarkan cara mengirigasi kolostomi
Keterlibatan pasien dan keluarga dalam melakuakn perawatn rumah pascabedah dapat menurunkan risiko komplikasi dan dapat meningkatkan kemandirian dalam melakukan masalah yang sedang dihadapi.

Pasien dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut menggunakan sabun ringan memberikan barier kulit protektif di sekitar stoma dan mengamankannya dengan melekatkan kantung drainase. Bedak nistatin (Mycostatin) dapat ditebarkan sedikit pada kulit peristoma bila terdapat iritasi atau pertumbuhan jamur.
Kulit dibersihkan dengan perlahan menggunakan sabun ringan dan waslap lembab, serta lembut.
Sabun bertindak sebagai agen abrasif ringan untuk mengangkat residu enzim dari tetesan fekal. Selama kulit dibersihkan, kasa dapat digunakan untuk menutupi stoma atau tampon vagina dapat dimasukan dengan perlahan untuk mengabsorpsi kelebihan drainase.

Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat, pada kondisi klinik banyak bungkus es panjang yang dapat digunakan sebagai kantung stoma. Untuk membuat bundaran atau cincin penahan perawat bisa memodifikasi bekas selang infus, sedangkan untuk mengikat atau memfiksasi kantung bisa memodifikasi kasa gulung.
Lubang kantung harus sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan sesuai prosedur di atas. Bundaran peristoma dipasang. Iritasi kulit ringan memerlukan taburan bedak sebelum kantung dilekatkan.

Stoma pada abdomen tidak mempunyai otot kontrol volunter sehingga pengosongannya dapat terjadi pada interval waktu yang tidak teratur. Pengaturan pasase materi fekal dicapai dengan irigasi kolostomi atau memberikan usus mengevakuasi secara alami tanpa irigasi.
Perawat memperagakan pada awal pertama dilakukan irigasi, biarkan pasien dan keluarga memperhatikan atau bertanya.
·         Anjurkan mengonsumsi diet tinggi serat



·         Anjurkan untuk menghindari makanan yang bisa meningkatkan bau feses


·         Anjurkan untuk intervensi pencegahan













·         Anjurkan untuk semampunya melakukan manajemen nyeri nonfarmakologi pada saat nyeri muncul
Diet tinggi serat dapat meningkatkan pasase feses sehingga konsistensi feses lembek padat berbentuk dan mudah serta tidak menstimulasi apabila melewati lumen intestinal pascabedah.

Makanan yang menyebabkan bau dan gas berlebihan dihindari. Makanan ini termasuk kol, telur, ikan, kacang polong dan produk selulosa seperti kacang tanah.

Hal – hal lain yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko meliputi :
·         Berhenti merokok. Merokok telah jelas dikaitkan dengan risiko tinggi kanker usus besar (dan juga banyak kondisi lain).
·         Minum aspirin setiap hari, tetapi karena terdapat potensi efek samping, hal ini tidak dianjurkan untuk semua orang. Bicaralah dengan dokter terlebih dahulu.
·         Minum dosis yang aman asam folat (misalnya ; 1 mg) setiap hari.
·         Terlibat dalam aktivitas fisik setiap hari.
·         Makanlah berbagai jenis buah dan sayuran setiap hari.

Beberapa agen nyeri farmakologik biasanya memberikan reaksi negatif pada gastrointestinal.
Anjurkan kunjungan berkala pascabedah
Kunjungan tidak lanjut harus minimal mencakup hal – hal sebagai berikut :
·         Colonoscopy dalam waktu 3 bulan setelah operasi.
·         Colonoscopy 1 tahun setelah pembedahan dan setiap 3 tahun setelah itu.
·         Tes untuk okultisme darah dalam feses setiap tahun, diikuti oleh kolonoskopi jika hasil tes positif.
·         Pengukuran tingkat carcinoembryonic antigen (CEA) untuk mrnguji kambuhnya kanker setelah operasi.
Anjurkan untuk masuk kelompok pendukung dan konseling
Hidup dengan kondisi kanker memberikan banyak tantangan baru, baik untuk pasien dan keluarga. Pasien mungkin mempunyai banyak kekhawatiran  tentang bagaimana kanker akan memengaruhi anda dan kemampuan anda untuk “hidup normal”, yaitu untuk merawat keluarga dan rumah anda untuk menyimpan pekerjaan anda dan untuk melanjutkan persahabatan dan aktivitas yang anda nikmati. Banyak orang merasa cemas dan depresi. Beberapa orang merasa marah dan kesal, orang lain merasa tak berdaya dan kalah.
Bagi kebanyakan orang dengan kanker, berbicara tentang perasaan dan kekhawatiran mereka membantu. Teman – teman dan anggota keluarga dapat sangat mendukung. Mereka mungkin ragu – ragu untuk menawarkan dukungan sampai mereka melihat bagaimana pasien menghadapi kondisi yang pasien lakukan. Jika pasien ingin berbicara tentang keprihatinan, biarkan mereka tahu.
Beberapa orang tidak ingin “beban” yang dihadapi juga dirasakan pada orang yang mereka cintai, atau lebih suka berbicara tentang keprihatinan mereka dengan  yang lebih profesional yang netral. Seorang pekerja siosial, konselor atau ulama dapat membantu jika pasien ingin untuk mendiskusikan perasaan dan kekhawatiran tentang punya kanker.
Banyak orang dengan kamker angat dibantu dengan bebicara kepada orang lain yang menderita kamker. Berbagi keprihatinan dengan orang lain yang telah mengalami hal yang sama dapat sangat menenangkan.
Diskusikan pola fungsi seksualitas
Pasien dengan pasangannya diikutkan dalam membina pola seksual pasca-kolostomi.
Beberapa pasien mungkin mengajukan pertanyaan tentang aktivitas seksual secara langsung atau memberi petunjuk tak langsung menegenai rasa takut mereka.
Beberapa individu dapat memandang pembedahan sebagai perusakan dan suatu ancaman terhadap seksualitas mereka, beberapa merasa takut impoten. Sementara itu, yang lain mengekspresikan kekhawatiran terhadap bau atau adanya kebocoran dari kantung selama aktivitas seksual. Anjurkan posisi seksual alternatif, serta metode stimulasi alternatif untuk memuaskan keinginan seksual.
Berikan motivasi dan dukungan moral
Intervensi untuk meningkatkan keinginan pasien dalam pelaksanaan prosedur pengembalian fungsi pascabedah kolostomi.
C.     Rencana Keperawatan
























































































































































Risiko Injuri berhubungan dengan pasca prosedur reseksi kolon
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam pasca intervensi reseksi kolon, pasien tidak mengalami injuri.
Kriteria evaluasi :
-          TTV dalam batas normal.
-          Kodisi kepatenan selang dada optimal.
-          Tidak terjadi infeksi pada insisi.
Intervensi
Rasional
Kaji factor-faktor yang meningkatkan risiko injuri
Pasca bedah pasien akan terdapat drain pada tubuh pasien. Keterampilan keperawatan kritis diperlukan agar pengkajian vital dapat sistematis dilakukan
Monitor adanya komplikasi pascabedah
Perawat memonitor adanya komplkasi pascabedah seperti : kebocoran dari sisi anastomosis, prolapse stoma, peforasi, retraksi stoma, impaksi fekal, dan iritasi kulit, serta komplikasi paru yang dihubungkan dengan bedah abdomen. Abdomen dipantau terhadap tanda kembalinya peristaltik dan kaji karakteristik feses.
Bantu ambulasi dini
Pasien yang menjalani kolostomi dibantu turun dari tempat tidur pada hari pertama pascaoperatif dan didorong untuk mulai berpartisipasi dalam menghadapi kolostomi
Beri perhatian khusus pada pasien usia lanjut
Pasien lansia dapat mengalami penurunan penglihatan sampai beberapa derajat dan kerusakan pendengaran, serta sulit melakukan keterampilan yang memerlukan koordinasi motoric halus. Oleh karenanya, membantu pasien memegang alat ostomi pada periode praoperatif dan simulasi pembersihan kulit periostomal, serta irigasi stoma akan membantu pasien.
Jatuh akibat ketidaksengajaan sering terjadi pada lansia dengan ostoma, karena pada lansia terjadi perubahan pada kulit akibat proses penuaan. Lapisan lemak subkutan dan epitel menjadi tipis dan kulit mudah teriritasi. Untuk mecegah kerusakan, perhatian khusus diberikan pada hygiene kulit dan penempatan alat yang tepat. Arteriosclerosis terjadi akibat penurunan aliran darah pada luka dan sisi stoma.
Pertahankan status dinamik yang optimal
Pasien akan mendapat cairan intravena sebagai pemeliharaan status hemodinamik
Monitor kondisi selang nasogastrik
Secara umum pasien pasca-esofagektomi akan terpasang selang nasogastric. Perawat berusaha untuk tidak mengubah posisi, mengangkat, memanipulasi atau mengirigasi selang kecuali memang diperlukan untuk terapi
Kolaborasi untuk pemberian antibiotic pascabedah
Antibotik menurunkan resiko infeksi yang akan menimbulkan reaksi inflamasi local dan dapat memperlama proses penyembuhan pasca-funduplikasi lambung.

Nyeri berubungan dengan iritasi intestinal, respons pembedahan
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam pasca bedah nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi :
-          Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau beradaptasi.
-          Skala nyeri 0-1 (0-4)
-          Ttv dalam batas normal, wajah pasien rileks.
Intervensi
Rasional
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan noninvasive
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan non farmakologi lainnya telah menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan, meliputi :
-          Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST
Pendekatan PQRST dapat secara komperhensif menggali kondisi nyeri pasien. Apabila pasien mengalami skala nyeri 3 (0-4), keadaan ini merupakan peringatan yang perlu perawat waspadai karena memberikan manifestasi klinik yang bervariasi dari komplikasi pasca bedah reseksi kolon.
-          Beri oksigen nasal apabila skala nyeri > 3(0-4).



-          Istirahat pasien pada saat nyeri muncul.


-          Atur posisi fisiologi.




-           Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul.

-          Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.

-          Lakukan manajemen sentuhan.
Pemberian oksigen dilakukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada saat pasien mengalami nyeri pasca bedah yang dapat mengganggu kondisi hemodinamik.

Istirahat secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal.

Pengaturan posisi semifowler dapat membantu merelaksasi otot-otot abdomen pascabedah sehingga dapat menurunkan stimulus nyeri dari luka pascabedah.

Meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari penurunan oksigen lokal.

Distraksi (pengalihan perhatian)dapat menurunkan stimulus internal.

Analgetik diberikan untuk membantu menghambat stimulus nyeri ke pusat persepsi nyeri di korteks serebri sehingga nyeri dapat berkurang.

Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intakemakanan yang kurang adekuat
Tujuan : setelah 3x24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7x24 jam pascabedah, intake nutrisi dapat     optimal dilaksanakan.
Kriteria Evaluasi :
-          Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat.
-          Terjadi penurunan gejala refluks esophagus, meliputi : Odinofagia, pirosis berkurang, RR dalam batas normal 12-20x/menit.
-          Berat badan pada hari ke 7 pascabedah meningkat minimal 0,5 kg.

Intervensi
Rasional
-          Anjurkan pasien makan dengan perlahan dan mengunyah dengan seksama.
-          Sajikan makanan dengan cara yang menarik.
-          Fasilitasi pasien memperoleh diet biasa dengan kandungan serat tinggi.




-          Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodic ( sekali seminggu).
Makanan dapat lewat dengan mudah ke lambung.

Membantu merangsang nafsu makan

Kandungan serat tinggi dapat membentuk massa feses yang optimal dan menurunkan kondisis diverkulosis menjadi diverikulitis. Komponen buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan asupan tinggi serat.

Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
Intervensi dengan pembedahan :
-          Berikan diet prabedah







-          Kaji kondisi dan toleransi gastrointestinal pasca reseksi kolon.





-          Lakukan perawatan mulut.

-          Kolaborasi dengan ahli gizi jenis nutrisi yang akan digunakan pasien.

Diet tinggia kalori, rendah residu biasanya diberikan selama beberapa hari sebelum pembedahan, bila waktu dan kondisi pasien memungkinkan.
Apabila tidak terdapat situasi kedaruratan, tindakan praopertaif dilakukan serupa dengan pembedahan abdomen umumnya.

Parameter penting adalah dengan melakukan auskultasi bising usus. Apabila didapatkan bising usus artinya fungsi gastrointenstinal sudah puih pasca-anestesi umum.
Kembalinya diet ke pola normal berlangsung sangat cepat sedikitnya 2 L cairan/ hari dianjurkan.

Intervensi ini untuk menurunkan risiko infeksi oral.

Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan komposisi dn jenis makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan individu.



Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entree dari luka pembedahan
Tujuan : Dalam waktu 12x24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas jaringan lunak.
Kriteria Evaluasi :
-          Jahitan dilepas pada hari ke 22 tanpa adanya tanda0tanda infeksi dan peradangan pada area luka pembedahan.
-          Leukosit dalam batas normal.
-          TTV dalam batas normal.
Intervensi
Rasional
Kaji jenis pembedahan, hari pembedahan dan apakah adanya order khusus dari tim dokter bedah dalam melakukan perawatan luka.
Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpanan dari tujuan yang diharapkan.
Saat kondisi balutanbersih dan kering. dalam keadaan
Kondisi bersih dan kering akan menghindari kontraminasi komensal dan akan menyebabkan respons inflamasi lokal serta akan memperlama penyembuhan.
Lakukan perawatan luka :
-          Lakukan perawatan luka steril pada hari kedua pascabedah dan diulang setiap 2 hari sekali pada luka abdomen.


-          Lakukan perawatan luka pada sekitar drain.




-          Bersihkan luka dan drainase dengan cairan anriseptik jenis iodine providum dengan cara swabbing dari arah dalam ke luar.



-          Bersihkan bekas sisa iodinee providum dengan alkohol 70% atau normal salin dengan cara swabbing dari arah dalam keluar.


-          Tutup luka dengan kasa steril dan tutup dengan plester adhesif yang menyeluruh menutupi kasa.

Perawatan luka sebaiknya tidak setiap hari untuk menurunkan kontak tindakan dengan luka yang dalam kondisi steril sehingga mencegah kontaminasi kuman ke luka bedah.

Drain pascabedah merupakan material yang menjadi jalan masuk kuman. Perawat melakukan perawatan luka setiap hari atau disesuaikan dengan kondisi pembalut drain, apabila kotor maka harus diganti.

Pembersihan debris (sisa fagositosis, jaringan mati) dan kuman sekitar luka dengan mengoptomalkan kelebihan dan iodine prividum sebagai antiseptik dan dengan arah dari dalam ke luar sehingga dapat mencegah kontaminasi kuman ke jaringan luka.

Antiseptik iodine providum mempunyai kelemahan dalam menurunkan proses epitelisasi jaringan sehingga memperlambat pertumbuhan luka, maka harus membersihkan dengan alkohol, atau normal salin.

Penutupan secara menyeluruh dapat menghindari kontaminasi dari benda atau udara yang bersentuhan dengan luka bedah.

Angkat drainase pascabedah sesuai  pesanan medis.
Pelepasan sesuai indikasi bertujuan untuk menurunkan risiko infeksi.
Kolaborasi penggunaan antibiotik
Antibiotik injeksi diberikan selama 3 hari pascabedah yang kemudian dilanjutkan antibiotik oral sampai jahitan dilepas. Peran perawat mengkaji adanya reaksi dan rowayat alergi antibiotik, serta memberikian anti biotik sesuai pesanan dokter.


Kecemasan b.d prokmosis penyakit, misinterpretasi informasi
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam pasien secara subjektif melaporkan rasa cemas berkurang.
Kriteria Evaluasi :
-          Pasien mampu mengungkapkan prasaan nya kepada perawat
-          Pasien dapat mendemonstrasikan keterampiloan pemecahan masalahnya dan perubahan koping yang digunakan sesuai situasi yang dihadapi.
-          Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan atau ketakutan dibawah standar
-          Pasien dapat rileks dan tidur atau sistirahat dengan baik.

Intervensi
Rasional
Monitor respon fisik, seperti : kelemahan, perubahan TTV, gerakan yang berulang-ulang serta catat kesesuaian respon verbal dan non verbal selama komunikasi




Diguanakan dalam mengevaluasi derajat/ tingkat kesadaran / konsentrasi, khususnya ketika melakukan komunikasi verbal. Pada kondisi klinik, pasien biasanya merasa sedih akibat diagnosis penyakit dan rencana pembedahan. Pasien yang menjalani pembedahan untuk kolostomi sementara dapat mengekspresikan rasa takut dan masalah yang serupa dengan individu yang memiliki stoma permanen.
Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengungkapkan dan mengekspresikan rasa takutnya
Memeberikan kesempatan utnuk berkonsentrasi, kejelasan dan rasa takut dan mengurangi cemas yang berlebihan
Beri dukungan prabedah
Hubungan emosional  yang baik antara perawat dan pasien akan memengaruhi penerimaan pasien dengan pembedahan. Aktif mendengar semua kekhawatiran dan keprihatinan pasien adalah bagian penting dari evaluasi praoperatif. Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang akan dilakukan pilihan anastesi dan perubahan atau kejadian pascaoperatif yang diharapkan akan menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar terhadap anastesi. Bagi sebagian besar pasien pembedahan adalah suatu peristiwa hidup yang bermakna. Kemampuan perawat dan  dokter untuk memandang pasien dan keluarganya sebagai manusia yang layak untuk didengarkan dan dimintai pendapat, ikut menetukan hasil pembedahan. Egbert et al (1963, dikutip Gruendemman,2006) memperlihatkan bahwa kecemasan pasien yang dikunjungi dan dimintai pendapat sebelum dioprasi akan berkurang saat tiba dikamar operasi dibandingkan mereka yang hanya sekedar diberi pramedikasi dengan fenobarbital . kelompok yang mendapat pramedikasi melaporkan rasa mengantuk tetapi tetap cemas.
Bantu pasien meningkatkan citra tubuh dan beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaan nya.
Perubahan yang terjadi pada citra tubuh dan gaya hidup sering sangat mengganggu, oleh karena itu pasien memerlukan dukungan empatis dalam mencoba menyesuaikan nya. Oleh karena stoma ditempatkan pada abdomen, pasien dapat berfikir bahwa setiap orang akan melihat ostomi. Perawat dapat membantu mengurangi ktakutan ini dengan memberikan informasi aktual tentang prosedur pembedahan dan pembentukan serta penatalaksanaan ostomi. Apabila pasien menghendaki, diagram, foto dan sladt dapat digunakan untuk menjelaskan dan memperjelas. Pasien juga dapat mengalami stres emosional, perawat perlu mengulang beberapa informasi. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengajukan pertanyaan.
Hadirkan pasien yang pernah dilakukan kolostomi.
Berdiskusi dengan individu yang berhasi menghadapi kolostomi sering membantu menurunkan kecemasan pasien prabedah
Berikan privasi untuk orang terdekat.
Memberi waktu untuk mengekspresika perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih pasien yang melayani aktifitas dan pengalihan ( misalnya membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi .
Kolaborasi :
Berikan anti cemas sesuai indikasi contohnya diazepam.
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.

D.    Evaluasi :
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
1.      Informasi kesehatan terpenuhi.
2.      Tidak mengalami injuri pasca prosedur bedah reseksi kolon.
3.      Nyeri berkurang atau teradaptasi.
4.      Intake nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu.
5.      Infeksi luka operasi tidak terjadi.
6.      Kecemasan berkurang.
7.      Peningkatan konsep diri atau gambaran diri.
8.      Peningkatan aktifitas.




BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon merupakan penyakit yang bukan sembarangan namun bukan pula penyakit yang tidak bisa disembuhkan.Kanker kolon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998). Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Kanker usus bila dideteksi dan ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh total pun akan semakin besar peluangnya. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker kolon.

3.2     Saran
Kami dari kelompok 7 mengharapkan saran dari pembaca agar dapat memberi kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah Kanker Kolon. Kami dari kelompok juga menyarankan kepada para pembaca hendaknya tidak hanya mengambil satu referensi dari makalah ini saja dikarenakan kami dari penulis menyadari bahwa makalah ini hanya mengambil reperensi dari beberapa sumber saja.










DAFTAR PUSTAKA
Mutttaqin, Arif.2011.Gangguan Gastrointestinal.Jakarta : Salemba Medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar