BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hemotoraks dan Pneumothoraks adalah laserasi paru
atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang
disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari
vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks. Biasanya
perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi. Hemotoraks
akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks, sebaiknya diterapi
dengan selang dada kaliber besar. Selang dada tersebut akan mengeluarkan darah
dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga
pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.
Evakuasi darah atau cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap
kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik. Walaupun banyak faktor yang
berperan dalam memutuskan perlunya indikasi operasi pada penderita hemotoraks,
status fisiologi dan volume darah yang kelura dari selang dada merupakan faktor
utama. Sebagai patokan bila darah yang dikeluarkan secara cepat dari selang
dada sebanyak 1.500 ml, atau bila darah yang keluar lebih dari 200 ml tiap
jamuntuk 2 sampai 4 jam, atau jika membutuhkan transfusi darah terus menerus,
eksplorasi bedah herus dipertimbangkan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa definisi
pneumothorak dan hemathorak ?
2.
Apa etiologi
dari pneumothorak dan hemathorak ?
3.
Apa manifestasi
klinis dari pneumothorak dan hemathorak ?
4.
Bagaimana asuhan
keperawatan untuk pasien dengan pneumothorak dan hemathorak ?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui
definisi pneumothorak dan hemathorak
2.
Memahami
etiologi dari pneumothorak dan hemathorak
3.
Mengetahui
manifestasi klinis dari pneumothorak dan hemathorak
4.
Memahami asuhan
keperawatan untuk pasien dengan pneumothorak dan hemathorak
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
1.
Pneumothoraks
Adalah adanya udara di dalam ruang
pleura yang menghalangi ekspansi paru sepenuhnya. Ekspansi paru terjadi jika
lapisan pleura dari dinding dada dan lapisan visera dari paru – paru dapat
memelihara tekanan negatif pada rongga pleura. Ketika kontinuitas sistem ini
hilang, paru akan kolaps, menyababkan pneumothoraks. (Black,2009)
2. Hemothoraks
Adalah keadaan berkumpulnya darah
di dalam rongga intra pleura. Cedera tumpul atau tusukan pada dinding dada
dapat menyebabkan pembuluh darah setempat ruptura, seperti arteri mamaria
internal atau arteri interkostalis. Hemothoraks luas terjadi jika darah yang
berkumpul di dalam rongga pleura melebihi 1,5 L.
2.2 Etiologi
|
Jenis
|
Deskripsi
|
Penyebab
|
|
Spontan
|
Disrupsi pleura yang memungkinkan udara dari paru masuk ke
rongga pleura.
|
Dapat terjadi dengan atau tanpa
penyakit paru yang melatari. Penyakit paru yang menjadi predisposisi
pneumothorax adalah asma, (chronic airflow limitation, CAL) pneumonia,
tuberculosis, kistik fibrosis, dan kelainan jaringan ikat, seperti syndrom
marfan.
|
|
Trauma
|
|
|
|
Terbuka
|
Laserasi pleura yang
memungkinkan udara atmosfer masuk ke rongga pleura
|
Terjadi karena trauma tusukan
pada dada
|
|
Tertutup
|
Laserasi pleura yang
memungkinkan udara dari paru masuk ke rongga pleura
|
Dapat terjadi karena trauma
tumpul pada dada
|
|
Latrogenik
|
Laserasi pleura yang
memungkinkan udara dari paru masuk ke rongga pleura
|
Dapat terjadi karena prosedur
diagnostik atau terapeutik, seperti pemasangan kateter vena central, biopsi
dan aspirasi jarum, serta ventilasi mekanis.
|
|
Tension
|
Laserasi pleura yangm
memungkinkan udara masuk ke rongga pleura, tetapi udara tidak dapat keluar
kembali. Tekanan/tegangan meningkat didalam rongga pleura sehingga paru yang
terkena mengalami colaps dan isi mediastinum terdorong serta berpindah ke
sisi yang sehat
|
Dapat terjadi karena
pneumothorax spontan atau traumatik
|
2.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari
pneumothorax sedang meliputi takipnea, dipsnea, nyeri tajam, mendadak pada sisi
yang terluka, dengan gerakan dada, bernafas, atau batuk, ekspansi dada yang
tidak simetris, suara nafas yang berkurang atau hilang pada sisi yang terluka,
hiperresonansi (timpani) pada frekuensi sisi yang terluka, gelisah, cemas, dan
takikardia.
Manifestasi klinis dari
pneumothorax berat meliputi semua diatas dan distensi vena leher, pergeseran
impuls apeks, emfisema subkutan, penurunan taktil dan vokal fremitus, deviasi
trakea ke arah sisi sehat, dan sianosis progresif.
Manifestasi klinis hemothorax menyerupai
manifestasi klinis pneumothorax, tetapi pemeriksaan perkusi dada akan
menghasilkan bunyi pekak.
2.4 Asuhan Keperawatan
·
PENGKAJIAN
Pemeriksaan bermacam –
macam, tergantung pada jumlah udara atau akumulasi cairan, kecepatan akumulasi
dan fungsi paru sebelumnya.
o
Aktivitas
atau Istirahat
Gejala : Dispnea
dengan aktivitas ataupun istirahat
o
Sirkulasi
Tanda : Takikardia
Frekuensi tak teratur
atau disritmia
S3 atau S4 irama jantung gallop (gagal
jantung sekunder terhadap effusi)
Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya
penyimpangan mediastinal (dengan tegangan pneumothoraks)
Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan
dengan denyutan jantung, menunjukan udara dalam mediatinum).
Tekanan darah : hipertensi / hipotensi
DVJ
o
Integritas
Ego
Tanda : Ketakutan,
gelisah
o
Makanan
atau Cairan
Tanda : Adanya
pemasangan IV vena sentral atau infus tekanan
o
Nyeri
atau Kenyamanan
Gejala (tergantung pada ukuran atau area
yang terlibat ) :
Tanda :
1. Nyeri
dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk
2. Timbul
tiba – tiba gejala sementara batuk atau regangan (pneumothoraks spontan)
3. Tajam
dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke
leher, bahu, abdomen (effusi pleural)
4. Berhati
– hati pada area yang sakit
5. Perilaku
distraksi
6. Mengkerutkan
wajah
o
Pernapasan
Gejala
: Kesulitan bernapas, lapar
napas
Batuk (mungkin gejala
yang ada)
Riwayat
bedah dada atau trauma : penyakit paru kronis, inflamasi atau infeksi paru (empiema
atau effusi) ; penyakit interstisial menyebar (sarkoidosis) ; keganasan (mis,
obstruksi tumor)
Pneumothorak
spontan sebelumnya ; ruptur empisematous bula spontan, bleb subpleural (PPOM)
Tanda
: Pernapasan : peningkatan
frekuensi atau takipneu
Peningkatan kerja
napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, leher ; retraksi
interkostal, ekspirasi abdominal kuat
Bunyi napas menurun
atau tak ada (sisi yang terlibat)
Fremitus menurun (sisi
yang terlibat)
Perkusi
dada : hiperresonan di ata area terisi udara (pnuemothorak), bunyi pekak di
atas area yang terisi cairan (hemothorak)
Observasi
dan palpasi dada : Gerakan dada tidak sama (paradoksik)bila trauma atau kempes
; penurunn pengembangan thorak (area yang sakit)
Kulit
pucat , sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan (udara pada jaringan dengan
palpasi)
Mental
: ansietas, gelisah, bingung, pingsan
Penggunaan
ventilasi mekanik tekanan positif atau terapi PEEP
o
Keamanan
Gejala : Adanya
trauma dada
Radiasi
atau kemoterapi untuk keganasan
o
Penyuluhan
atau pembelajaran
Gejala : Riwayat
faktor risiko keluarga : tuberkulosis, kanker
Adanya
bedah intratorakal atau biopsi paru
Bukti
kegagalan membaik
Pertimbangan DRG menunjukan lama di rawat : 7,2 hari
Rencana pemulangan :
Bantuan dalam perawatan diri, perawatan atau pemeliharaan rumah
·
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sinar x dada : Menyatakan akumulasi
udara atau cairan pada area pleura ; dapat menunjukan penyimpangan struktur
mediastinal (jantung)
GDA : Variabel tergantung dari derajat
fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi
PaCO2 kadang – kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun ; saturasi
oksigen bisanya menurun
Torasentesis : Menyatakan darah atau
cairan serosanguinosa (hemothorak)
Hb mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah
·
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Meningkatkan/mempertahankan ekaspansi paru untuk
oksigenasi/ventilasi adekuat
2. Menimalkan/mencegah komplikasi
3. Menurunkan ketidaknyamanan/nyeri
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit, program
pengobatan dan prognosis
·
TUJUAN
PEMULANGAN
1.
Ventilasi
atau oksigenasi adekuat dipertahankan
2.
Komplikasi
dicegah atau diatasi
3.
Nyeri
tak ada atau terkontrol
4.
Proses
penyakit atau prognosis dan kebutuha terapi dipahami
·
Diagnosa
keperawatan : Pola pernafasan, tak efektif
Dapat dihubungkan dengan :
o
penurunan
ekspansi paru (akumulasi udara/cairan)
o
ganguan
musculoskeletal
o
nyeri
atau ansietas
o
proses
inflamasi
kemungkinan di buktikan oleh :
o
dipsnea,
takepnea
o
perubahan
kedalaman atau kesamaan pernafasan
o
penggunaan
otot aksesori, pelebaran nasal
o
gangguan
penbgembangan dada
o
sianosis,
GDA tak normal
hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan :
o
menunjukan
pola pernafasan normal atau efektif dengan GDA dalam rentang normal
o
bebas
sianosis dan tanda atau gejala hipoksia
|
TINDAKAN /
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
Mandiri
|
|
|
Mengidentifikasi
etiologi/factor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma , keganasan , infeksi
, koplikasi pentilasi mekanik
|
Pemahaman
penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan
memilih tindakan terpeutik lain
|
|
Evaluasi
fungsi pernafasan, catat kecepatan atau pernafasan serak, dipsnea , keluhan “
lapar udara “ , terjadinya siagnosis, perubahan tanda vital
|
Distress
pernafasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress
fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukan terjadinya syok sehubungan dengan
hipoksia atau perdarahan
|
|
Awasi
kesesuaian pola pernafasan bila menggunakan ventilasi mekanik. Catat
perubahan tekanan udara
|
Kesulitan
bernafas “ dengan “ ventilator atau peningkatan tekanan jalan nafas diduga
memburuknya kondisi atau terjadinya koplikasi (mis, rupture spontan dari
bleb, terjadinya peomu torak)
|
|
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
Mandiri
|
|
|
Auskultasi
bunyi nafas
|
Bunyi nafas
dapat menurun atau tak ada pada lobus, segmen paru, atau seluruh area paru (unirateral).
Area atelectasis taka da bunyi nafas, dan sebagian area kolaps menurun
bunyinya. Evaluasi juga dilakukan untuk area yang baik pertukaran gasnya dan
memberikan data evaluasi perbaikan pneumothorak
|
|
Catat
pengembangan pengembangan dada dan posisi trakea
|
Pengembangan
dada sama dengan ekspansi paru.deviasi trakea dari area sisi yang sakit pada
teganga pneumothorak
|
|
Kaji fremitus
|
Suara dan
taktil premitus (vibrasi) menurun pad jaringan ynag terisi cairan atau
konsolidasi
|
|
Kaji pasien
adanya area nyeri tekan bila batuk , nafas dalam
|
Sokongan
terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif mengurangi
trauma
|
|
Pertahankan
posisi nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik kesisi
yang sakit. Dorong pasien untuk duduk sebanyak mungkin
|
Meningkatan
inspirasi maksimal, meningkatkan eskpansi paru dan ventilasi pada sisi yang
tak sakit
|
|
Pertahankan perilaku
tenang, bantu pasien untuk “ control diri “ dengan menggunakan dengan
menggunakan pernafasan lebih lambat atau dalam
|
Membantu
pasien mengalami efek fisiologi hipoksia yang dapat dimanisfestasikan sebagi
ansietas dan/atau takut
|
|
Bila selang
dada :
Periksa
pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar ( batas air , pengatur
dinding atau meja disusun dengan tepat)
|
Mempertahankan
tekanan negative intrapleura sesuai yang diberikan, yang meningkatkan
ekspansi paru optimum dan/atau drainase cairan
|
|
Periksa batas
cairan pada botol penghisap ; pertahankan pada batas yang tentukan
|
Air botol
penampung bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke
area pleural. Jika sumber penghisap diputuskan dan membantu dalam evaluasi
apakah system drainase dada berfungsi dengan tepat
|
|
Observasi
gelembung udara botol penampung
|
Gelembung
udara selama ekspirasi menunjukan lubang angi dari pneumothorak (kerja yang
diharapkan). Gelembung biasanya menurun seiring dengan ekspansi paru dimana
area pleural menurun. Tak adanya gelembung dpat menunjukan ekspansi paru
lengkap (normal) atau adanya kompilikasi misalnya, obstruksi dalam selang
|
|
Evaluasi
ketidak normalan/kontiunitas gelembung botol penampung.
|
Dengan
bekerjanya penghisapan, menunjukan kebocoran udara menetap yang mungkin
berasal dari pneumothorak besar pada sisi pemasangan selang dada(berpusat
pada pasien), atau unit drainase dada berpusat pada system
|
|
Tentukan
lokasi kebocoran udara (berpusat pada pasien atau system ) dengan meng-klem
kateter thorak pada hanya bagian distal sampai keluar dari dada.
|
Bila gelembung
berhenti saat kateter diklem pada sisi pemasangan, kebocoran terjadi pada
pasien (pada sisi pemasukan atau dalam tubuh pasien)
|
|
Berikan kasa
berminyak dan/atau bahan lain yang tepat disekitar sisi pemasangan sesuai
indikasi
|
Biasanya
memperbaiki kebocoran pada sisi insersi
|
|
Klems elang
pada bagian bawah unit drainase bila kebocoran udara berlanjut
|
Mengisolasi
lokasi kebocoran udara pada system
|
|
Tutup rapat
sambungan selang drainase dengan aman menggunakan plester atau ban sesuai
kebijakan yang ada.
|
Mencegah/
memperbaiki kebocoran pada sambungan
|
|
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
Mandiri
|
|
|
Awasi “ pasang
– surutnya “ air penampung catat apakah perubahan
|
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumothorak dan Hemotoraks adalah
suatu kondisi medis yang ditandai dengan timbulnya darah di ruangan antara dua
pleura (rongga pleura). Pleura adalah dua lapisan kantung yang meliputi
paru-paru dan memisahkannya dari dinding dada. Penyebab paling umum dari
hemotoraks adalah cedera tumpul atau tajam pada dada, seperti ketika terjadi
patah tulang iga yang menembus pleura dan menyebabkan darah memasuki rongga
pleura. Hal ini dapat membuat paru-paru mengempis, menyebabkan nyeri dada dan
kesulitan bernafas. Hal ini merupakan suatu kondisi medis yang darurat yang
memerlukan perawatan segera karena jika tidak, dapat terjadi komplikasi yang
mengancam jiwa, seperti syok hipovolemik akibat perdarahan yang hebat dan gagal
nafas. Perawatan dengan memasukan jarum ke rongga dada biasanya dilakukan untuk
mengeluarkan darah di dalam rongga pleura sehingga tekanan terhadap paru-paru
dapat berkurang. Apabila hemotoraks berat, tindakan pembedahan yang dikenal
dengan nama torakotomi diperlukan untuk menghentikan perdarahan.
3.2 Saran
Kami mengharapkan saran dari
pembaca agar dapat memberi kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah
Pneumothorak dan Hemathorak. Kami dari kelompok juga menyarankan kepada para
pembaca hendaknya tidak hanya mengambil satu referensi dari makalah ini saja
dikarenakan kami dari penulis menyadari bahwa makalah ini hanya mengambil
reperensi dari beberapa sumber saja.
DAFTAR PUSTAKA
Chang,esther.2006.Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan.Jakarta:EGC
Doenges,Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar