Kamis, 05 November 2015



BAB I
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang

Hemotoraks dan Pneumothoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi. Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks, sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber besar. Selang dada tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah atau cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik. Walaupun banyak faktor yang berperan dalam memutuskan perlunya indikasi operasi pada penderita hemotoraks, status fisiologi dan volume darah yang kelura dari selang dada merupakan faktor utama. Sebagai patokan bila darah yang dikeluarkan secara cepat dari selang dada sebanyak 1.500 ml, atau bila darah yang keluar lebih dari 200 ml tiap jamuntuk 2 sampai 4 jam, atau jika membutuhkan transfusi darah terus menerus, eksplorasi bedah herus dipertimbangkan.

1.2     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi pneumothorak dan hemathorak ?
2.      Apa etiologi dari pneumothorak dan hemathorak ?
3.      Apa manifestasi klinis dari pneumothorak dan hemathorak ?
4.      Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien dengan pneumothorak dan hemathorak ?

1.3     Tujuan
1.      Mengetahui definisi pneumothorak dan hemathorak
2.      Memahami etiologi dari pneumothorak dan hemathorak
3.      Mengetahui manifestasi klinis dari pneumothorak dan hemathorak
4.      Memahami asuhan keperawatan untuk pasien dengan pneumothorak dan hemathorak



BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Definisi
          1. Pneumothoraks
Adalah adanya udara di dalam ruang pleura yang menghalangi ekspansi paru sepenuhnya. Ekspansi paru terjadi jika lapisan pleura dari dinding dada dan lapisan visera dari paru – paru dapat memelihara tekanan negatif pada rongga pleura. Ketika kontinuitas sistem ini hilang, paru akan kolaps, menyababkan pneumothoraks. (Black,2009)
            2. Hemothoraks
Adalah keadaan berkumpulnya darah di dalam rongga intra pleura. Cedera tumpul atau tusukan pada dinding dada dapat menyebabkan pembuluh darah setempat ruptura, seperti arteri mamaria internal atau arteri interkostalis. Hemothoraks luas terjadi jika darah yang berkumpul di dalam rongga pleura melebihi 1,5 L.

2.2     Etiologi
         
Jenis
Deskripsi
Penyebab
Spontan
Disrupsi pleura  yang memungkinkan udara dari paru masuk ke rongga pleura.
Dapat terjadi dengan atau tanpa penyakit paru yang melatari. Penyakit paru yang menjadi predisposisi pneumothorax adalah asma, (chronic airflow limitation, CAL) pneumonia, tuberculosis, kistik fibrosis, dan kelainan jaringan ikat, seperti syndrom marfan.
Trauma


Terbuka
Laserasi pleura yang memungkinkan udara atmosfer masuk ke rongga pleura
Terjadi karena trauma tusukan pada dada
Tertutup
Laserasi pleura yang memungkinkan udara dari paru masuk ke rongga pleura
Dapat terjadi karena trauma tumpul pada dada
Latrogenik
Laserasi pleura yang memungkinkan udara dari paru masuk ke rongga pleura
Dapat terjadi karena prosedur diagnostik atau terapeutik, seperti pemasangan kateter vena central, biopsi dan aspirasi jarum, serta ventilasi mekanis.
Tension
Laserasi pleura yangm memungkinkan udara masuk ke rongga pleura, tetapi udara tidak dapat keluar kembali. Tekanan/tegangan meningkat didalam rongga pleura sehingga paru yang terkena mengalami colaps dan isi mediastinum terdorong serta berpindah ke sisi yang sehat
Dapat terjadi karena pneumothorax spontan atau traumatik

2.3     Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari pneumothorax sedang meliputi takipnea, dipsnea, nyeri tajam, mendadak pada sisi yang terluka, dengan gerakan dada, bernafas, atau batuk, ekspansi dada yang tidak simetris, suara nafas yang berkurang atau hilang pada sisi yang terluka, hiperresonansi (timpani) pada frekuensi sisi yang terluka, gelisah, cemas, dan takikardia.
Manifestasi klinis dari pneumothorax berat meliputi semua diatas dan distensi vena leher, pergeseran impuls apeks, emfisema subkutan, penurunan taktil dan vokal fremitus, deviasi trakea ke arah sisi sehat, dan sianosis progresif.
Manifestasi klinis hemothorax menyerupai manifestasi klinis pneumothorax, tetapi pemeriksaan perkusi dada akan menghasilkan bunyi pekak.

2.4     Asuhan Keperawatan
·         PENGKAJIAN
Pemeriksaan bermacam – macam, tergantung pada jumlah udara atau akumulasi cairan, kecepatan akumulasi dan fungsi paru sebelumnya.
o   Aktivitas atau Istirahat
Gejala :            Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat

o   Sirkulasi
Tanda :            Takikardia
Frekuensi tak teratur atau disritmia
S3 atau S4 irama jantung gallop (gagal jantung sekunder terhadap effusi)
Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal (dengan tegangan pneumothoraks)
Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukan udara dalam mediatinum).
Tekanan darah : hipertensi / hipotensi
DVJ

o   Integritas Ego
Tanda :            Ketakutan, gelisah
o   Makanan atau Cairan
Tanda :            Adanya pemasangan IV vena sentral atau infus tekanan

o   Nyeri atau Kenyamanan
Gejala (tergantung pada ukuran atau area yang terlibat ) :
Tanda :
1.      Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk
2.      Timbul tiba – tiba gejala sementara batuk atau regangan (pneumothoraks spontan)
3.      Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen (effusi pleural)
4.      Berhati – hati pada area yang sakit
5.      Perilaku distraksi
6.      Mengkerutkan wajah

o   Pernapasan
Gejala :            Kesulitan bernapas, lapar napas
                        Batuk (mungkin gejala yang ada)
Riwayat bedah dada atau trauma : penyakit paru kronis, inflamasi atau infeksi paru (empiema atau effusi) ; penyakit interstisial menyebar (sarkoidosis) ; keganasan (mis, obstruksi tumor)
Pneumothorak spontan sebelumnya ; ruptur empisematous bula spontan, bleb subpleural (PPOM)
                                    Tanda :            Pernapasan : peningkatan frekuensi atau takipneu
Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, leher ; retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat
Bunyi napas menurun atau tak ada (sisi yang terlibat)
Fremitus menurun (sisi yang terlibat)
Perkusi dada : hiperresonan di ata area terisi udara (pnuemothorak), bunyi pekak di atas area yang terisi cairan (hemothorak)
Observasi dan palpasi dada : Gerakan dada tidak sama (paradoksik)bila trauma atau kempes ; penurunn pengembangan thorak (area yang sakit)
Kulit pucat , sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan (udara pada jaringan dengan palpasi)
Mental : ansietas, gelisah, bingung, pingsan
Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif atau terapi PEEP

o   Keamanan
Gejala :            Adanya trauma dada
                        Radiasi atau kemoterapi untuk keganasan

o   Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala :            Riwayat faktor risiko keluarga : tuberkulosis, kanker
                        Adanya bedah intratorakal atau biopsi paru
                        Bukti kegagalan membaik
Pertimbangan  DRG menunjukan lama di rawat : 7,2 hari
Rencana pemulangan : Bantuan dalam perawatan diri, perawatan atau pemeliharaan rumah

·         PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Sinar x dada : Menyatakan akumulasi udara atau cairan pada area pleura ; dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)

GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi PaCO2 kadang – kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun ; saturasi oksigen bisanya menurun

Torasentesis : Menyatakan darah atau cairan serosanguinosa (hemothorak)

Hb mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah

·         PRIORITAS KEPERAWATAN
1.      Meningkatkan/mempertahankan ekaspansi paru untuk oksigenasi/ventilasi adekuat
2.      Menimalkan/mencegah komplikasi
3.      Menurunkan ketidaknyamanan/nyeri
4.      Memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan dan prognosis
·         TUJUAN PEMULANGAN
1.      Ventilasi atau oksigenasi adekuat dipertahankan
2.      Komplikasi dicegah atau diatasi
3.      Nyeri tak ada atau terkontrol
4.      Proses penyakit atau prognosis dan kebutuha terapi dipahami


·         Diagnosa keperawatan            : Pola pernafasan, tak efektif
Dapat dihubungkan dengan    :
o   penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan)
o   ganguan musculoskeletal
o   nyeri atau ansietas
o   proses inflamasi
kemungkinan di buktikan oleh :
o   dipsnea, takepnea
o   perubahan kedalaman atau kesamaan pernafasan
o   penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
o   gangguan penbgembangan dada
o   sianosis, GDA tak normal
hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan :
o   menunjukan pola pernafasan normal atau efektif dengan GDA dalam rentang normal
o   bebas sianosis dan tanda atau gejala hipoksia
TINDAKAN / INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Mengidentifikasi etiologi/factor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma , keganasan , infeksi , koplikasi pentilasi mekanik
Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terpeutik lain
Evaluasi fungsi pernafasan, catat kecepatan atau pernafasan serak, dipsnea , keluhan “ lapar udara “ , terjadinya siagnosis, perubahan tanda vital
Distress pernafasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia atau perdarahan
Awasi kesesuaian pola pernafasan bila menggunakan ventilasi mekanik. Catat perubahan tekanan udara
Kesulitan bernafas “ dengan “ ventilator atau peningkatan tekanan jalan nafas diduga memburuknya kondisi atau terjadinya koplikasi (mis, rupture spontan dari bleb, terjadinya peomu torak)




TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Auskultasi bunyi nafas
Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada lobus, segmen paru, atau seluruh area paru (unirateral). Area atelectasis taka da bunyi nafas, dan sebagian area kolaps menurun bunyinya. Evaluasi juga dilakukan untuk area yang baik pertukaran gasnya dan memberikan data evaluasi perbaikan pneumothorak
Catat pengembangan pengembangan dada dan posisi trakea
Pengembangan dada sama dengan ekspansi paru.deviasi trakea dari area sisi yang sakit pada teganga pneumothorak
Kaji fremitus
Suara dan taktil premitus (vibrasi) menurun pad jaringan ynag terisi cairan atau konsolidasi
Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk , nafas dalam
Sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif mengurangi trauma
Pertahankan posisi nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik kesisi yang sakit. Dorong pasien untuk duduk sebanyak mungkin
Meningkatan inspirasi maksimal, meningkatkan eskpansi paru dan ventilasi pada sisi yang tak sakit
Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk “ control diri “ dengan menggunakan dengan menggunakan pernafasan lebih lambat atau dalam
Membantu pasien mengalami efek fisiologi hipoksia yang dapat dimanisfestasikan sebagi ansietas dan/atau takut
Bila selang dada :
Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar ( batas air , pengatur dinding atau meja disusun dengan tepat)
Mempertahankan tekanan negative intrapleura sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum dan/atau drainase cairan
Periksa batas cairan pada botol penghisap ; pertahankan pada batas yang tentukan
Air botol penampung bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural. Jika sumber penghisap diputuskan dan membantu dalam evaluasi apakah system drainase dada berfungsi dengan tepat  
Observasi gelembung udara botol penampung
Gelembung udara selama ekspirasi menunjukan lubang angi dari pneumothorak (kerja yang diharapkan). Gelembung biasanya menurun seiring dengan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dpat menunjukan ekspansi paru lengkap (normal) atau adanya kompilikasi misalnya, obstruksi dalam selang
Evaluasi ketidak normalan/kontiunitas gelembung botol penampung.
Dengan bekerjanya penghisapan, menunjukan kebocoran udara menetap yang mungkin berasal dari pneumothorak besar pada sisi pemasangan selang dada(berpusat pada pasien), atau unit drainase dada berpusat pada system
Tentukan lokasi kebocoran udara (berpusat pada pasien atau system ) dengan meng-klem kateter thorak pada hanya bagian distal sampai keluar dari dada.
Bila gelembung berhenti saat kateter diklem pada sisi pemasangan, kebocoran terjadi pada pasien (pada sisi pemasukan atau dalam tubuh pasien)
Berikan kasa berminyak dan/atau bahan lain yang tepat disekitar sisi pemasangan sesuai indikasi
Biasanya memperbaiki kebocoran pada sisi insersi
Klems elang pada bagian bawah unit drainase bila kebocoran udara berlanjut
Mengisolasi lokasi kebocoran udara pada system
Tutup rapat sambungan selang drainase dengan aman menggunakan plester atau ban sesuai kebijakan yang ada. 
Mencegah/ memperbaiki kebocoran pada sambungan

TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri

Awasi “ pasang – surutnya “ air penampung catat apakah perubahan




















BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Pneumothorak dan Hemotoraks adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan timbulnya darah di ruangan antara dua pleura (rongga pleura). Pleura adalah dua lapisan kantung yang meliputi paru-paru dan memisahkannya dari dinding dada. Penyebab paling umum dari hemotoraks adalah cedera tumpul atau tajam pada dada, seperti ketika terjadi patah tulang iga yang menembus pleura dan menyebabkan darah memasuki rongga pleura. Hal ini dapat membuat paru-paru mengempis, menyebabkan nyeri dada dan kesulitan bernafas. Hal ini merupakan suatu kondisi medis yang darurat yang memerlukan perawatan segera karena jika tidak, dapat terjadi komplikasi yang mengancam jiwa, seperti syok hipovolemik akibat perdarahan yang hebat dan gagal nafas. Perawatan dengan memasukan jarum ke rongga dada biasanya dilakukan untuk mengeluarkan darah di dalam rongga pleura sehingga tekanan terhadap paru-paru dapat berkurang. Apabila hemotoraks berat, tindakan pembedahan yang dikenal dengan nama torakotomi diperlukan untuk menghentikan perdarahan.

3.2     Saran
Kami mengharapkan saran dari pembaca agar dapat memberi kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah Pneumothorak dan Hemathorak. Kami dari kelompok juga menyarankan kepada para pembaca hendaknya tidak hanya mengambil satu referensi dari makalah ini saja dikarenakan kami dari penulis menyadari bahwa makalah ini hanya mengambil reperensi dari beberapa sumber saja.











DAFTAR PUSTAKA

Chang,esther.2006.Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan.Jakarta:EGC
Doenges,Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar