Kamis, 05 November 2015

Osteoporosis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Osteoporosis merupakan masalah kesehatan dunia (global issue). Hal ini dikarenakan, meskipun prevelensi osteoporosis tertinggi diderita oleh wanita usia lanjut, namun bedasarkan penelitian ditemukan bahwa pravelensi kejadian osteoporosis pada pria meningkat dibandingkan sebelumnya. Selain itu diketahui bahwa osteoporosis kini diderita pada kelompok usia yang lebih muda.
Osteoporosis atau keropos tulang itu sendiri adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah. Banyak orang tidak menyadari bahwa osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi (silent diseases).


1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Definisi Osteoporosis?
1.2.2 Apa Etiologi Osteoporosis?
1.2.3 Bagaimana Manifestasi Klinik Osteoporosis?
1.2.4 Seperti Apakah Patofisiologi Osteoporosis?
1.2.5 Bagaimana Penatalaksanaan Osteoporosis?
1.2.6 Seperti Apa Asuhan Keperawatan Pada Pasien Osteoporosis?

1.3  Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Definisi Osteoporosis
1.3.2 Untuk Mengetahui Etiologi Osteoporosis
1.3.3 Untuk Mengetahui Manifestasi Klinik Osteoporosis
1.3.4 Untuk Mengetahu Penatalaksanaan Osteoporosis
1.3.5 Untuk Mengetahui Patofisiologi Osteoporosis
1.3.6 Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Osteoporosis


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
 Osteoporosis adalah gangguan metabolism tulang sehingga masa tulang berkurang. Komponen matriks tulang,yaitu mineral dan protein berkurang. Resorpsi  terjadi lebih cepat dari pada formasi tulang,sehingga tulang menjadi tipis (Pusdiknakes,1995)
Osteoporosis adalah kelainan dengan penurunan masa tulang total. Pada kondisi ini terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorsi tulang lebih besar dari pada pembentukan tulang,yang mengakibatkan penurunan masa tulang total ( Brunner &Suddarth,2000). Jadi,osteoporosis adalah kelainan atau gangguan yang terjadi karena penurunan masa tulang total.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya pelebaran sumsum tulang dan saluran havers. Trabekula berkurang dan menjadi tipis. Aibatnya tulang mudah retak. Tulang yang mudah terkena osteoporosis adalah vertebrata,pelipis,dan tengkorak.
Tulang secara progresif menjadi porus,rapuh,dan mudah patah. Tulang menjadi mudah ftaktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi ganda vertabra mengakibatkan deformitas skelet.


2.2 Etiologi
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang akhirnya dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Dengan bertambahnya usia, kerapuhan pada tulang dapat dialami oleh setiap orang. Menurut Febianus (2008) faktor risiko yang menyebabkan osteoporosis, diantaranya yaitu :
1.  Wanita
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.
2.  Usia
Dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.
3.  Ras/Suku
Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum karena konsumsi kalsium wanita Asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.
4.  Keturunan Penderita osteoporosis
Salah satu anggota keluarga adalah penderita osteoporosis, maka diperlukan perhatian yang lebih karena osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh, yang berarti dalam garis keluarga pasti mempunyai struktur genetik tulang yang sama.
5. Gaya Hidup Kurang Baik
a.       Konsumsi daging merah dan minuman bersoda.
b.      Minuman berkafein dan beralkol.
c.       Malas Olahraga.
d.      Merokok.
e.       Kurang Kalsium


6.  Mengkonsumsi Obat
Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab, kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis. Maka diperlukan konsultasi dokter sebelum mengkonsumsi obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan tulang.
7.  Kurus
     Perawakan kurus memiliki bobot tubuh cenderung ringan. Padahal tulang akan giat membentuk sel asal ditekan oleh bobot yang berat, karena posisi tulang menyangga bobot maka tulang akan terangsang untuk membentuk massa pada area tersebut, terutama pada derah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.
2.3 Manifestasi Klinik
Gejala Osteoporosis antara lain terdapat rasa sakit tidak menjalar (menyebar ke daerah lain), selain itu gejala osteoporosis ini diperparah oleh aktivitas berat pada daerah yang terkena tanda-tanda osteoporosis dan umumnya mulai mereda dalam satu minggu. Nyeri karena gejala osteoporosis ini dapat dirasakan lebih dari tiga bulan. Ciri-ciri osteoporosis pada umumnya terdapat pada perubahan fraktur pergelangan tangan, tulang belakang atau pinggul. Fraktur umumnya terjadi ketika penyakit ini sudah dalam tahap lanjut, di mana penipisan tulang yang parah dan kerusakan sudah terjadi. Pada tahap akhir, gejala osteoporosis dapat meliputi : Sakit punggung, nyeri tulang, Fraktur, Tinggi berkurang (akibat pembungkukan tulang), Postur bungkuk (kifosis) dan Sakit leher (semakin parah jika terjadi patah tulang belakang.

2.4 Patofisiologi

Pada pasien osteoporosis terjadi kehilangan, terutama pada tulang trabekula dan kehilangan ini melebihi kehilangan pada bagian luar tulang kortikal yang keras. Dengan hilangnya tulang trabekula, cedera klasik yang terjadi berupa kompresi vertebra, fraktur kolumna femur, dan fraktur radius bagian distal.

Faktor utama yang mempengaruhi massa tulang adalah : penurunan kadar estrogen, nutrisi, factor metabolik (metabolism kalsium dan fosfor sebagaimana disebutkan dalam bagian rakitis) dan olahraga fisik. Secara singkat, estrogen akan merangsang aktivitas osteoblas sementara menekan aktivitas osteoklas. Asupan kalsium dan vitamin D yang cukup sangat penting bagi partumbuhan tulang. Stress fisik pada tulang merangsang remodeling tulang.
            Faktor resiko osteoporosis meliputi :
·         Merokok yang dapat menyebabkan kehilangan kalsium dengan cepat melalui sistem ginjal;
·         Diet kurang kalsium;
·         Kurang tepajan sinar matahari sehingga vitamin D tidak terangsang untuk mengabsorpsi kalsium;
·         Peningkatan asupa natrium atau protein dalam makanan dapat meningkatkan ekskresi kalsium;
·         Kafein dan alcohol yang bersifat diuretic dan akan mneingkatkan kehilangan kalsium yang lebih tinggi;
·         Kurang olahraga, yang akan mengurangi kekuatan tulang dan ditandai oleh kadar kalsium yang lebih tinggi;
·         Menopause dini dan penurunan kadar estrogen pasca menopause;
·         Penggunaan steroid;
·         Kesehatan yang buruk yang mengubah metabolism kalsium; dan
·         Kerangkja skeletal yang kecil;









Wanita dapat kehilangan 10-15% masssa tulang dalam waktu lima tahun sesudah menopause. Pada saat wanita mencapai usia 80 –an, massa tulang yang dimiliki mungkin hanya separuh dari massa tulang pada saat remaja. Osteoporosis primer berhubungan dengan penurunan kadar estrogen sehingga esteoporosis cenderung menjadi masalah yang dialami wanita pasca menopause. Osteoporosis pra-menopause disebabkan oleh terapi glukokortikoid yang lama amenore berkepanjangan, dan anoreksia nervosa. Osteoporosis sekunder meliputi semua etiologi lain yang sudah diketahui dan mengenai pria maupun wanita sebagaimana disebutkan dalam daftar factor risiko. Terdapat sejumlah penanganan dan obat yang dapat mengurasngi massa tulang, misalnya anti konvulsan, kortokosteroid dan kemoterapi.

2.5 Penatalaksanaan
·         Pencegahan
-          Pertahankan kecukupan asupan kalsium
1)      Penting untuk dimulai sejak periode prapubertas dilanjutkan seumur hidup.
2)      Kalsium sitrat adalah yang paling mudah diarbsorpsi, tapi produk susu bahkan lebih efektif karena arbsorpsinya lebih baik dengan adanya protein berdasar susu (milk-based protein, MBP)
3)      Bila dikombinasikan dengan olahraga, dapat mengurangi resiko fraktur panggul tapi tak dapat mencegah kehilangan tulang spinal.
-          Kurangi asupan fosfor (minuman ringan, makanan kaleng/awetan).
-          Suplemen vit.d bila tidak cukup mendapat pajanan sinar matahari atau insufisiensi diet.
-          Berolah raga baik pra maupun pasca menopause.
1)      Olahraga harus dimulai pada masa muda untuk memaksimalkan densitas tulang
2)      Menyanggah beban dan olahraga meningkatkan total kalsium tubuh dan densitas tulang vertebra pada wanita pasca menopause.
-          Berhenti merokok, hindari asupan kafein berlebih.
-          Hindari obat osteopenik (steroid, tiroksin) bila mungkin.
-          Kontrasepsi oral untuk anoreksia atau olahraga berlebih mengakibatkan amenorea sekunder.










·         Penanganan Farmakologis
-          Estrogen
1)      Mencegah kehilangan tulang, meningkatkan desintas tulan, mengurangi resiko fraktur.
2)      0,625mg per oral atau 0,3 mg yang dikombinasikan dengan penggantian kalsium adalah dosis efektif minimal; harus dikombinasikan dengan progestin pada wanita yang uterusnya normal untuk mencegah kanker endometrium.
3)      Penanganan harus dimulai segera setelah menopause untuk memaksimalkan densitas tulang.
4)      Manfaat nonoseus sangat banyak.
5)      Manfaat harus lebih besar dibandingkan peningkatan resiko kanker payudara dan tromboflebitis.

-          Modulator reseptor estrogen selektif (SERMS)
1)      Raloxifene disetujui untuk digunakan pada osteoporosis dan terbukti meningkatkan densitas mineral tulang secara bermakna dan mengurangi resiko fraktur tanpa meningkatkan resiko kanker endometrium atau payudara.
2)      Tibolone adalah modulator reseptor steroid yang telah terbukti efektif dalam beberapa studi dalam mengurangi resiko fraktur.

-          Bifosfonat
1)      Alendronate mengurangi fraktur pinggul dan spinal sekitar 50% dan meningkatkan densitas tulang secara bermakna dalam 2 sampai 3 tahun ; bifosfonate lain meliputi etidronate dan risedronate.
2)      Berkerja dengan menekan penggantian tulang dengan menghambat aksi osteoklas dalam tulang ; kadang digambarkan berfungsi sebagai “perisai” tulang.
3)      Ditoleransi baik dengan sedikit efek samping, kecuali iritasi esophagus dan GI ; alendronate dapat di berikan per minggu
4)      Harus dipertimbangkan untuk menggantikan estrogen pada wanita dengan resiko kanker payudara atau tromboflebitis ; beberapa study menemukan bahwa agen ini lebih efektif bila digunakan dalam kombinasi dengan estrogen atau SERMS.

-          Kalsitonin
1)      Dapat di berikan melalui subkutan atau melalui spray nasal
2)      Meningkatkan massa tulang dan menurunkan kecepatan fraktur (kurang dari HRT atau bifosfonat).
3)      Efek analgesiknya dapat digunakan pada fraktur tulang osteoporosis yang nyeri.



-          Fluorida
1)      Mengurangi resiko fraktur, tetapi kurang kuat dibanding estrogen.
2)      Dosis rendah mempunyai efek samping yang dapat di toleransi tetapi dapat menyebabkan toksisitas berat pada beberapa pasien.

-          Hormon paratiroid (teriparatida)
1)      Hasil pendahuluan memperlihatkan peningkatan dramatis dalam densitas mineral tulang pada wanita penderita osteoporosis berat
2)      Memerlukan injeksi harian
3)      Diharapkan dapat disetujui di USA pada tahun 2002

-          Lain – Lain / experimental
1)      Antisitokin
2)      Osteoprotegerin
3)      Ipriflavon
4)      Inhibitor reduktase HMG CoA (statin)
5)      Strontium
6)      Obat antiinflamasi non steroid dan inhibitor COX2

·         Terapi pemantauan
-          Pantau terus tinggi badan
-          Pantau terus kalsium serum
-          Pertimbangkan pemantauan kolagen perkemihan tipe 1 dan cross-linked N-telopeptide (NTX) sebagai pengukur penggantian tulang (harus menurun setelah penanganan)
-          Bila mendapat estrogen, lakukakn pemeriksaan payudara, pelvis, pap dan indeks maturasi setiap tahun.







2.6 ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1.      Riwayat keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya :
A.    Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang
B.     Berat badan menurun
C.     Biasanya diatas 45 tahun
D.    Jenis kelamin sering pad wanita
E.     Pola latihan dan aktivitas
F.      Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D dan C, serta kalsium)
G.    Merokok, mengonsumsi alcohol dan kafein
H.    Adanya penyakit endokrin : diabetes mellitus, hypertiroid, hiperparatiroid, sindrom cushing, akromegali, hipogonadisme
2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyeri pergerakan
b.      Periksa mobilitas pasien
c.       Amati posisi pasien yang Nampak membungkuk
3.      Riwayat psikososial. Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasa ya sering timbul kecemasan, takut melakukan aktifitas, dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efk penyakit yang menyertainya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data pengkajian ,diagnosis kperawatan untuk pasien osteoporosis yang mengalami fraktur vertebra spontan sebagai berikut:
1.      Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit.
2.      Gangguan konsep diri: perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan proses penyakit.
3.      Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
4.      Risiko cedera (fraktur ) yang berhubungan dengan tulang osteoporosis
5.      Kurang pengetahuan tentang perawatan dirumah




INTERVENSI
Diagnosis Keperawatan
Tujuan Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Hambatan Mobilitas Fisik
Dapat meningkatkan mobilitas dan aktivitas fisik
      Gunakan matras dengan tempat tidur untuk membantu memperbaiki posisi tulang belakang
      Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat
      Bantu dan ajarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan fungsi persendian dan mencefgah kontraktur
      Kolaborasi dengn pemberian analgetik, estrogen, kalsium dan vitamin D

Gangguan konsep diri
Dapat menggunakan koping yang positif
·         Bantu pasien mengekspresikan perasaan dan dengarkan dengan penuh perhatian. Perhatian sungguh-sungguh dapat meyakinka pasien bahwa perawat bersedia  membantu mengatasi masalahnya dan akan tercipta hubungan yang harmonis sehingga timbul koordinasi
·         Klarifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan pengobatan yang telah diberikan. Klarifikasi ini dapat meningkatkan koordinasi pasien selama perawatan
·         Bantu untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan teman
Nyreri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
Nyeri reda
·         Anjurkan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring
·         Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot
·         Kompres hangat intermiten dan pijat punggung dapat memperbaiki relaksasi otot
·         Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh
·         Gunakan korset/ brace punggung, saat pasien turu  dari tempat tidur
Risiko cedera (fraktur) yang berhubunga dengan tulang osteoporosis
Cedera tidak terjadi
·         Anjurkan melakukan aktivitas fisik untuk perkuat otot, mencegah atrofi, dan memperlambat demineralisasi tulang progresif
·         Latihan isometric dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh
·         Anjurkan pasien untuk berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur tubuh yang baik
·         Hindari aktivitas membungkuk mendadak, melengok, dan mengangkat beban lama
Kurang pengetahuan
Memahami osteoporosis dan program pengobatan
·         Jelaskan pentingnya diet yang tepat, latihan, dan aktivitas fisik yang sesuai, serta istirahat yang cukup
·         Jelaskan penggunaan obat serta efek samping obat yang diberikan secara detail
·         Anjurkan mengurangi kafein, alcohol dan merokok



EVALUASI
Setelah dilakukan intervensi keperawatan dapat diharapkan:
1.      Aktivitas dan mobilitas fisik terpenuhi
a.       Melakukan ROM secara teratur
b.      Menggunakan alat bantu saat aktivitas
c.       Menggunakan brace/korset saat aktivitas
2.      Koping pasien positif
a.       Mengeskpresikan perasaan
b.      Memilih alternatif pemecahan masalah
c.       Meningkatkan komunikasi
3.      Nyeri berkurang/hilang
a.       Mengalami peredaan nyeri saat istirahat
b.      Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas sehari-hari
c.       Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur
4.      Tidak terjadi cedera
a.       Mempertahankan postur tubuh yang baik
b.      Menggunakan mekanika tubuh yang baik
c.       Latihan isometric
d.      Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah
e.       Menghindari aktivitas yang menimbulkan cedera
5.      Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program pengobatan
a.       Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan fisik terhadap massa tulang
b.      Mengonsumsi kalsium dengan jumlah yang mencukupi
c.       Meningkatkan latihan fisik
d.      Mengetahui waktu perawatan lanjutan








BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, menyebabkan penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif mengalami porus, rapuh dan mudah fraktur. (brunner and suddarth, 2002)
3.2 Saran
Sebagai perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan berperaan dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam peninggkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran teakhir yang adalah peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan member nilai posistif dalam upaya peningkatan dejarat kesehatan masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A ( 2005 ). Buku Dasar Fudamental Keperawatan, Keperawatan ; Konsep, proses, dan praktik, EGC. Jakarta.

Esther Chang, John Daly, Doug. E. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan : EGC. Jakarta

Julia Kneale, Peter D., Keperawaran Ortopedik & Trauma Edisi 2 : EGC. Jakarta

Valentina L.Brashers. Aplikasi Klinis Patofisiologi ; Pemeriksaan & Manajemen : EGC. Jakarta

Suratun, SKM, Heryati, S.Kp, M.Kes, Santa M, S.Kp, Dra Een Raenah, SMIP. Seri Asuhan Keperawatan ; Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal : EGC. Jakarta

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth Edisi 8 : EGC. Jakarta

1 komentar:

  1. King of Slots | Shooting Casino
    King of Slots is a high-end casino game studio in Malta. It was established in 2012 1xbet korean with a team of specialists, a large 제왕카지노 community of people septcasino and

    BalasHapus