BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Osteoporosis
merupakan masalah kesehatan dunia (global issue). Hal ini dikarenakan, meskipun
prevelensi osteoporosis tertinggi diderita oleh wanita usia lanjut, namun
bedasarkan penelitian ditemukan bahwa pravelensi kejadian osteoporosis pada
pria meningkat dibandingkan sebelumnya. Selain itu diketahui bahwa osteoporosis
kini diderita pada kelompok usia yang lebih muda.
Osteoporosis
atau keropos tulang itu sendiri adalah penyakit kronik yang ditandai dengan
pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan
penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang.
Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak bahkan
patah. Banyak orang tidak menyadari bahwa osteoporosis merupakan penyakit
tersembunyi (silent diseases).
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Apa Definisi Osteoporosis?
1.2.2 Apa Etiologi Osteoporosis?
1.2.3 Bagaimana Manifestasi Klinik Osteoporosis?
1.2.4 Seperti Apakah Patofisiologi Osteoporosis?
1.2.5 Bagaimana Penatalaksanaan Osteoporosis?
1.2.6 Seperti Apa Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Osteoporosis?
1.3
Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Definisi Osteoporosis
1.3.2 Untuk Mengetahui Etiologi Osteoporosis
1.3.3 Untuk Mengetahui Manifestasi Klinik
Osteoporosis
1.3.4 Untuk Mengetahu Penatalaksanaan Osteoporosis
1.3.5 Untuk Mengetahui Patofisiologi Osteoporosis
1.3.6 Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Osteoporosis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Osteoporosis adalah gangguan metabolism tulang
sehingga masa tulang berkurang. Komponen matriks tulang,yaitu mineral dan
protein berkurang. Resorpsi terjadi
lebih cepat dari pada formasi tulang,sehingga tulang menjadi tipis (Pusdiknakes,1995)
Osteoporosis
adalah kelainan dengan penurunan masa tulang total. Pada kondisi ini terdapat
perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorsi tulang lebih
besar dari pada pembentukan tulang,yang mengakibatkan penurunan masa tulang
total ( Brunner &Suddarth,2000). Jadi,osteoporosis adalah kelainan atau
gangguan yang terjadi karena penurunan masa tulang total.
Kondisi
ini menyebabkan terjadinya pelebaran sumsum tulang dan saluran havers.
Trabekula berkurang dan menjadi tipis. Aibatnya tulang mudah retak. Tulang yang
mudah terkena osteoporosis adalah vertebrata,pelipis,dan tengkorak.
Tulang
secara progresif menjadi porus,rapuh,dan mudah patah. Tulang menjadi mudah
ftaktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi ganda
vertabra mengakibatkan deformitas skelet.
2.2 Etiologi
Osteoporosis adalah
penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang
rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang
yang akhirnya dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Dengan bertambahnya
usia, kerapuhan pada tulang dapat dialami oleh setiap orang. Menurut Febianus
(2008) faktor risiko yang menyebabkan osteoporosis, diantaranya yaitu :
1. Wanita
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.
2. Usia
Dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.
Dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.
3. Ras/Suku
Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum karena konsumsi kalsium wanita Asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.
Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum karena konsumsi kalsium wanita Asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.
4. Keturunan
Penderita osteoporosis
Salah
satu anggota keluarga adalah penderita osteoporosis, maka
diperlukan perhatian yang lebih karena osteoporosis menyerang
penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti kesamaan perawakan dan
bentuk tulang tubuh, yang berarti dalam garis keluarga pasti mempunyai struktur
genetik tulang yang sama.
5. Gaya Hidup Kurang Baik
a. Konsumsi
daging merah dan minuman bersoda.
b. Minuman
berkafein dan beralkol.
c. Malas
Olahraga.
d. Merokok.
e. Kurang
Kalsium
6. Mengkonsumsi Obat
Obat
kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma
dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering
dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab,
kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan
antikejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis. Maka diperlukan konsultasi
dokter sebelum mengkonsumsi obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak
merugikan tulang.
7. Kurus
Perawakan
kurus memiliki bobot tubuh cenderung ringan. Padahal tulang akan giat membentuk
sel asal ditekan oleh bobot yang berat, karena posisi tulang menyangga bobot
maka tulang akan terangsang untuk membentuk massa pada area tersebut, terutama
pada derah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan maka massa tulang
cenderung kurang terbentuk sempurna.
2.3 Manifestasi Klinik
Gejala
Osteoporosis antara lain terdapat rasa sakit tidak menjalar (menyebar ke
daerah lain), selain itu gejala osteoporosis ini
diperparah oleh aktivitas berat pada daerah yang terkena tanda-tanda
osteoporosis dan umumnya mulai mereda dalam satu minggu. Nyeri karena gejala osteoporosis ini
dapat dirasakan lebih dari tiga bulan. Ciri-ciri osteoporosis pada umumnya
terdapat pada perubahan fraktur pergelangan tangan, tulang belakang atau
pinggul. Fraktur umumnya terjadi ketika penyakit ini sudah dalam tahap lanjut,
di mana penipisan tulang yang parah dan kerusakan sudah terjadi. Pada tahap
akhir, gejala osteoporosis dapat
meliputi : Sakit punggung, nyeri tulang, Fraktur, Tinggi berkurang (akibat pembungkukan
tulang), Postur bungkuk (kifosis) dan Sakit leher (semakin parah jika terjadi
patah tulang belakang.
2.4
Patofisiologi
Pada pasien
osteoporosis terjadi kehilangan, terutama pada tulang trabekula dan kehilangan
ini melebihi kehilangan pada bagian luar tulang kortikal yang keras. Dengan
hilangnya tulang trabekula, cedera klasik yang terjadi berupa kompresi
vertebra, fraktur kolumna femur, dan fraktur radius bagian distal.
Faktor utama yang
mempengaruhi massa tulang adalah : penurunan kadar estrogen, nutrisi, factor
metabolik (metabolism kalsium dan fosfor sebagaimana disebutkan dalam bagian
rakitis) dan olahraga fisik. Secara singkat, estrogen akan merangsang aktivitas
osteoblas sementara menekan aktivitas osteoklas. Asupan kalsium dan vitamin D
yang cukup sangat penting bagi partumbuhan tulang. Stress fisik pada tulang
merangsang remodeling tulang.
Faktor resiko osteoporosis meliputi
:
·
Merokok yang dapat
menyebabkan kehilangan kalsium dengan cepat melalui sistem ginjal;
·
Diet kurang kalsium;
·
Kurang tepajan sinar
matahari sehingga vitamin D tidak terangsang untuk mengabsorpsi kalsium;
·
Peningkatan asupa
natrium atau protein dalam makanan dapat meningkatkan ekskresi kalsium;
·
Kafein dan alcohol yang
bersifat diuretic dan akan mneingkatkan kehilangan kalsium yang lebih tinggi;
·
Kurang olahraga, yang
akan mengurangi kekuatan tulang dan ditandai oleh kadar kalsium yang lebih
tinggi;
·
Menopause dini dan
penurunan kadar estrogen pasca menopause;
·
Penggunaan steroid;
·
Kesehatan yang buruk
yang mengubah metabolism kalsium; dan
·
Kerangkja skeletal yang
kecil;
Wanita dapat
kehilangan 10-15% masssa tulang dalam waktu lima tahun sesudah menopause. Pada
saat wanita mencapai usia 80 –an, massa tulang yang dimiliki mungkin hanya
separuh dari massa tulang pada saat remaja. Osteoporosis primer berhubungan
dengan penurunan kadar estrogen sehingga esteoporosis cenderung menjadi masalah
yang dialami wanita pasca menopause. Osteoporosis pra-menopause disebabkan oleh
terapi glukokortikoid yang lama amenore berkepanjangan, dan anoreksia nervosa.
Osteoporosis sekunder meliputi semua etiologi lain yang sudah diketahui dan
mengenai pria maupun wanita sebagaimana disebutkan dalam daftar factor risiko.
Terdapat sejumlah penanganan dan obat yang dapat mengurasngi massa tulang,
misalnya anti konvulsan, kortokosteroid dan kemoterapi.
2.5 Penatalaksanaan
·
Pencegahan
-
Pertahankan kecukupan
asupan kalsium
1) Penting
untuk dimulai sejak periode prapubertas dilanjutkan seumur hidup.
2) Kalsium
sitrat adalah yang paling mudah diarbsorpsi, tapi produk susu bahkan lebih
efektif karena arbsorpsinya lebih baik dengan adanya protein berdasar susu
(milk-based protein, MBP)
3) Bila
dikombinasikan dengan olahraga, dapat mengurangi resiko fraktur panggul tapi
tak dapat mencegah kehilangan tulang spinal.
-
Kurangi asupan fosfor
(minuman ringan, makanan kaleng/awetan).
-
Suplemen vit.d bila
tidak cukup mendapat pajanan sinar matahari atau insufisiensi diet.
-
Berolah raga baik pra maupun
pasca menopause.
1) Olahraga
harus dimulai pada masa muda untuk memaksimalkan densitas tulang
2) Menyanggah
beban dan olahraga meningkatkan total kalsium tubuh dan densitas tulang
vertebra pada wanita pasca menopause.
-
Berhenti merokok,
hindari asupan kafein berlebih.
-
Hindari obat osteopenik
(steroid, tiroksin) bila mungkin.
-
Kontrasepsi oral untuk
anoreksia atau olahraga berlebih mengakibatkan amenorea sekunder.
·
Penanganan
Farmakologis
-
Estrogen
1) Mencegah
kehilangan tulang, meningkatkan desintas tulan, mengurangi resiko fraktur.
2) 0,625mg
per oral atau 0,3 mg yang dikombinasikan dengan penggantian kalsium adalah
dosis efektif minimal; harus dikombinasikan dengan progestin pada wanita yang
uterusnya normal untuk mencegah kanker endometrium.
3) Penanganan
harus dimulai segera setelah menopause untuk memaksimalkan densitas tulang.
4) Manfaat
nonoseus sangat banyak.
5) Manfaat
harus lebih besar dibandingkan peningkatan resiko kanker payudara dan
tromboflebitis.
-
Modulator reseptor
estrogen selektif (SERMS)
1) Raloxifene
disetujui untuk digunakan pada osteoporosis dan terbukti meningkatkan densitas
mineral tulang secara bermakna dan mengurangi resiko fraktur tanpa meningkatkan
resiko kanker endometrium atau payudara.
2) Tibolone
adalah modulator reseptor steroid yang telah terbukti efektif dalam beberapa
studi dalam mengurangi resiko fraktur.
-
Bifosfonat
1) Alendronate
mengurangi fraktur pinggul dan spinal sekitar 50% dan meningkatkan densitas
tulang secara bermakna dalam 2 sampai 3 tahun ; bifosfonate lain meliputi etidronate
dan risedronate.
2) Berkerja
dengan menekan penggantian tulang dengan menghambat aksi osteoklas dalam tulang
; kadang digambarkan berfungsi sebagai “perisai” tulang.
3) Ditoleransi
baik dengan sedikit efek samping, kecuali iritasi esophagus dan GI ; alendronate
dapat di berikan per minggu
4) Harus
dipertimbangkan untuk menggantikan estrogen pada wanita dengan resiko kanker
payudara atau tromboflebitis ; beberapa study menemukan bahwa agen ini lebih
efektif bila digunakan dalam kombinasi dengan estrogen atau SERMS.
-
Kalsitonin
1) Dapat
di berikan melalui subkutan atau melalui spray nasal
2) Meningkatkan
massa tulang dan menurunkan kecepatan fraktur (kurang dari HRT atau
bifosfonat).
3) Efek
analgesiknya dapat digunakan pada fraktur tulang osteoporosis yang nyeri.
-
Fluorida
1) Mengurangi
resiko fraktur, tetapi kurang kuat dibanding estrogen.
2) Dosis
rendah mempunyai efek samping yang dapat di toleransi tetapi dapat menyebabkan
toksisitas berat pada beberapa pasien.
-
Hormon paratiroid
(teriparatida)
1) Hasil
pendahuluan memperlihatkan peningkatan dramatis dalam densitas mineral tulang
pada wanita penderita osteoporosis berat
2) Memerlukan
injeksi harian
3) Diharapkan
dapat disetujui di USA pada tahun 2002
-
Lain – Lain /
experimental
1) Antisitokin
2) Osteoprotegerin
3) Ipriflavon
4) Inhibitor
reduktase HMG CoA (statin)
5) Strontium
6) Obat
antiinflamasi non steroid dan inhibitor COX2
·
Terapi pemantauan
-
Pantau terus tinggi
badan
-
Pantau terus kalsium
serum
-
Pertimbangkan
pemantauan kolagen perkemihan tipe 1 dan cross-linked
N-telopeptide (NTX) sebagai pengukur penggantian tulang (harus menurun
setelah penanganan)
-
Bila mendapat estrogen,
lakukakn pemeriksaan payudara, pelvis, pap dan indeks maturasi setiap tahun.
2.6 ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Riwayat
keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu
mengidentifikasi adanya :
A. Rasa
nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang
B. Berat
badan menurun
C. Biasanya
diatas 45 tahun
D. Jenis
kelamin sering pad wanita
E. Pola
latihan dan aktivitas
F. Keadaan
nutrisi (mis, kurang vitamin D dan C, serta kalsium)
G. Merokok,
mengonsumsi alcohol dan kafein
H. Adanya
penyakit endokrin : diabetes mellitus, hypertiroid, hiperparatiroid, sindrom
cushing, akromegali, hipogonadisme
2. Pemeriksaan
Fisik
a. Lakukan
penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyeri pergerakan
b. Periksa
mobilitas pasien
c. Amati
posisi pasien yang Nampak membungkuk
3. Riwayat
psikososial. Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasa ya sering timbul
kecemasan, takut melakukan aktifitas, dan perubahan konsep diri. Perawat perlu
mengkaji masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efk
penyakit yang menyertainya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan
data pengkajian ,diagnosis kperawatan untuk pasien osteoporosis yang mengalami
fraktur vertebra spontan sebagai berikut:
1. Hambatan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit.
2. Gangguan
konsep diri: perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan
proses penyakit.
3. Nyeri
yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
4. Risiko
cedera (fraktur ) yang berhubungan dengan tulang osteoporosis
5. Kurang
pengetahuan tentang perawatan dirumah
INTERVENSI
|
Diagnosis
Keperawatan
|
Tujuan
Keperawatan
|
Intervensi
Keperawatan
|
|
Hambatan
Mobilitas Fisik
|
Dapat
meningkatkan mobilitas dan aktivitas fisik
|
• Gunakan
matras dengan tempat tidur untuk membantu memperbaiki posisi tulang belakang
• Bantu
pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat
• Bantu
dan ajarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan fungsi persendian dan
mencefgah kontraktur
• Kolaborasi
dengn pemberian analgetik, estrogen, kalsium dan vitamin D
|
|
Gangguan
konsep diri
|
Dapat
menggunakan koping yang positif
|
·
Bantu pasien mengekspresikan perasaan
dan dengarkan dengan penuh perhatian. Perhatian sungguh-sungguh dapat
meyakinka pasien bahwa perawat bersedia
membantu mengatasi masalahnya dan akan tercipta hubungan yang harmonis
sehingga timbul koordinasi
·
Klarifikasi jika terjadi
kesalahpahaman tentang proses penyakit dan pengobatan yang telah diberikan.
Klarifikasi ini dapat meningkatkan koordinasi pasien selama perawatan
·
Bantu untuk meningkatkan komunikasi
dengan keluarga dan teman
|
|
Nyreri
yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
|
Nyeri
reda
|
·
Anjurkan istirahat di tempat tidur
dengan posisi telentang atau miring
·
Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan
rasa nyaman dengan merelaksasi otot
·
Kompres hangat intermiten dan pijat
punggung dapat memperbaiki relaksasi otot
·
Anjurkan posisi tubuh yang baik dan
ajarkan mekanika tubuh
·
Gunakan korset/ brace punggung, saat
pasien turu dari tempat tidur
|
|
Risiko
cedera (fraktur) yang berhubunga dengan tulang osteoporosis
|
Cedera
tidak terjadi
|
·
Anjurkan melakukan aktivitas fisik
untuk perkuat otot, mencegah atrofi, dan memperlambat demineralisasi tulang
progresif
·
Latihan isometric dapat digunakan
untuk memperkuat otot batang tubuh
·
Anjurkan pasien untuk berjalan,
mekanika tubuh yang baik, dan postur tubuh yang baik
·
Hindari aktivitas membungkuk mendadak,
melengok, dan mengangkat beban lama
|
|
Kurang
pengetahuan
|
Memahami
osteoporosis dan program pengobatan
|
·
Jelaskan pentingnya diet yang tepat,
latihan, dan aktivitas fisik yang sesuai, serta istirahat yang cukup
·
Jelaskan penggunaan obat serta efek
samping obat yang diberikan secara detail
·
Anjurkan mengurangi kafein, alcohol
dan merokok
|
EVALUASI
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan dapat diharapkan:
1. Aktivitas
dan mobilitas fisik terpenuhi
a. Melakukan
ROM secara teratur
b. Menggunakan
alat bantu saat aktivitas
c. Menggunakan
brace/korset saat aktivitas
2. Koping
pasien positif
a. Mengeskpresikan
perasaan
b. Memilih
alternatif pemecahan masalah
c. Meningkatkan
komunikasi
3. Nyeri
berkurang/hilang
a. Mengalami
peredaan nyeri saat istirahat
b. Mengalami
ketidaknyamanan minimal selama aktivitas sehari-hari
c. Menunjukkan
berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur
4. Tidak
terjadi cedera
a. Mempertahankan
postur tubuh yang baik
b. Menggunakan
mekanika tubuh yang baik
c. Latihan
isometric
d. Berpartisipasi
dalam aktivitas di luar rumah
e. Menghindari
aktivitas yang menimbulkan cedera
5. Mendapatkan
pengetahuan mengenai osteoporosis dan program pengobatan
a. Menyebutkan
hubungan asupan kalsium dan latihan fisik terhadap massa tulang
b. Mengonsumsi
kalsium dengan jumlah yang mencukupi
c. Meningkatkan
latihan fisik
d. Mengetahui
waktu perawatan lanjutan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa
tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal,
kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang,
menyebabkan penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif mengalami
porus, rapuh dan mudah fraktur. (brunner and suddarth, 2002)
3.2 Saran
Sebagai
perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan berperaan dalam upaya
pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis, penyebab
dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam
peninggkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan
pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam melaksanakan
pengobatan osteoporosis. Peran teakhir yang adalah peningkatan kerja sama dan
system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini
akan member nilai posistif dalam upaya peningkatan dejarat kesehatan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Potter,
Patricia A ( 2005 ). Buku Dasar Fudamental Keperawatan, Keperawatan ; Konsep,
proses, dan praktik, EGC. Jakarta.
Esther Chang, John Daly, Doug. E.
Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan : EGC. Jakarta
Julia Kneale, Peter D., Keperawaran Ortopedik & Trauma
Edisi 2 : EGC. Jakarta
Valentina L.Brashers. Aplikasi Klinis Patofisiologi ;
Pemeriksaan & Manajemen : EGC. Jakarta
Suratun, SKM, Heryati, S.Kp, M.Kes, Santa M, S.Kp, Dra Een
Raenah, SMIP. Seri Asuhan Keperawatan ; Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal :
EGC. Jakarta
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Brunner & Suddarth Edisi 8 : EGC. Jakarta
King of Slots | Shooting Casino
BalasHapusKing of Slots is a high-end casino game studio in Malta. It was established in 2012 1xbet korean with a team of specialists, a large 제왕카지노 community of people septcasino and